PENDIDIKAN KARAKTER "SPIRITUAL INTEGRITY (TERPERCAYA, TRUST)” “Angel Principle"
PENDIDIKAN KARAKTER "SPIRITUAL INTEGRITY (TERPERCAYA, TRUST)”
“Angel Principle"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan dalam perkembangannya
semakin mengalami kemajuan seiring dengan semakin berkembangnya peradaban
manusia. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang besar pagi para pendidik agar
mampu menciptakan karya inovasi yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di
Negara yang beradab ini. mendidik adalah hal yang sangat penting bagi
terciptanya generasi-generasi bangsa di Indonesia. Dunia pendidikan di
indonesia yang sedang berusaha memperbaiki kurikulum dan sistemnya agar semakin
baik dan mampu diterima seluruh lapisan masyarakat.
Pendidikan karakter bagaimana
menciptakan karakter anak bangsa melalui sikap, layalitas, komitmen, giving and
helping. Prinsip angel principle. Prinsip ini mengajak kita untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik karena kita tahu segala perbuatan kita akan dicatat
oleh malaikat Allah, dan kita mengharapkan balasan hanya dari Allah, bukan
berupa penghargaan dari orang lain. Banyak contoh perbuatan-perbuatan yang
didasarkan oleh angel principle akan membawa berkah besar dari arah yang tidak
diduga-duga.
Apabila bekerja, kerjakanlah dengan
tulus, ikhlas dan jujur seperti malaikat. ingatlah bahwa Anda bekerja karena
Allah bukan karena yang lain, jadikan ini ibadah kepada-Nya. berprestasilah
setinggi-tingginya pada setiap pekerjaan, karena Alah melihat Anda. tidak perlu
minta diawasi oleh orang lain,atau meminta penghargaan dari orang lain, biarkan
Allah yang menghargai, bukan mereka. Janagn setengah-setengah. Anda akan
mendapatkan kepercayaan ari orang lain maupun diri sendiri! ingatlah bahwa
integritas adalah sumber kepercayaan dan persahabatan.
Prinsip Malaikat, atau Angel Principle
adalah seorang yang memiliki loyalitas yang tinggi, komitmen, suka mengawali
dan memberi, suka menolong dan saling percaya. Jika pendidik memiliki karakter
moral, saya yakin pendidik tersebut akan menjadi leader dalam mendidik anak
banngsa, karena dijalankan oleh orang-orang yang bisa bekerja dengan baik,
meski tanpa ada yang mengawasinya secara kasat mata, karena ia bekerja dengan Prinsip Malaikat.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
membangun loyalitas ?
2. Bagaimanakah
membangun komitmen?
3. Bagaimanakah
membiasakan untuk giving and helping?
C. Tujuan
1. Untuk
menjelaskan bagaimanakan membangun loyalitas
2. Untuk
menjelaskan bagaimanakan membangun komitmen
3. Untuk
menjelaskan bagaimanakan membiasakan untuk giving and helping
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
MEMBANGUN LOYALITAS
1.
Pengertian
Loyalitas
Secara
harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari
kesadaran sendiri. Istilah loyalitas sering kali diperdengarkan oleh pakar
pemasaran maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah
dibicarakan dalam konteks sehari-hari, oleh karena itu loyalitas dapat
diartikan sebagai berikut: 1.Sebagai Konsep Generic, 2. Sebagai Konsep Perilaku
dan 3. Sebagai Hasil Dominasi.
Loyalitas adalah kesetiaan pada prinsip yang dianut (Ary Ginanjar, 2008:129).
Syarat
segala sesuatu dikatakan Loyal/Loyalitas dikarenakan upaya atau harapan
seseorang mendapatkan keuntungan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam kurun
waktu tertentu. Sedangkan Menurt Building (Ali Hasan, 2008:83) mengemukakan
bahwa syarat terjadinya Loyalitas disebabkan adanya pengaruh seseorang kepada
orang lain. Upakan
Berdasarkan
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas merupakan tekad dan
kesanggupan untuk mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Flippo, 1996)
2.
Syarat Peningkatan
loyalitas
ü Memiliki
Semangat Bekerja
ü Berdisiplin
Tinggi
ü Bersikap
Loyal
ü Pemeliharaan
hubungan Yang Baik
ü Tanggung
jawab
3.
Implementasi (Penerapan)
Loyalitas berarti kepatuhan,
kesetiaan, pengorbanan, komitmen. Loyalitas, sebuah kata yang mudah diucapkan
namun sulit untuk dilaksanakan. Masalah loyalitas ini banyak dijumpai pada
orang-orang yang berada di organisasi. Saat baru pertama masuk organisasi/pekerjaan
semangatnya begitu menggebu, seperti ada mood booster yang tiada batasnya.
Namun ketika ditengah jalan, godaan pun muncul dan mood booster pun hilang.
Disinilah godaan yang sesungguhnya, antara terus konsisten atau menghilang.
Saat ditengah perjalanan seleksi alam ternyata
bukan hanya mitos, tapi itu nyata. Yang kuat bertahan, dan yang lemah
menghilang. Akhirnya hanya orang-orang yang berniat saja yang pada akhirnya
memilih untuk bertahan. Sebuah organisasi/pekerjaan sebenarnya tidak
membutuhkan orang yang banyak, tetapi membutuhkan orang yang berniat dan
loyalitas tinggi. Tidak banyak orang di organisasi yang mau berpikir, karena
berpikir itu melelahkan. Seperti apa yang dikatakan oleh Henry Fond “Berpikir itu melelahkan, makanya hanya
sedikit orang yang mau menggunakan otaknya”.
Didalam organisasi/pekerjaan sebuah tindakan juga
sangat dibutuhkan selain berpikir. Terkadang melakukan sebuah tindakan lebih
baik dibanding dengan membuat konsep yang baik. Entah tindakan itu berhasil
atau gagal, yang penting kita sudah berusaha.Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan mengenai loyalitas dalam organisasi. Seorang tidak akan loyalitas
apabila, ia mulai terasingkan, kegiatan organisasi yang tak ada perubahan,
keadaan yang kurang baik, kurangnya semangat berorganisasi, kurangnya komitmen
awal masuk, dan lain sebagainya.
Seorang yang mempunyai loyalitas tinggi akan
selalu berada disisi organisasinya, bagaimanapun keadaan organisasi tersebut,
entah itu tertimpa berbagai masalah, stabil bahkan mengalami kemunduran.
Disinilah loyalitas sebuah aktivis teruji.
1. Pengertian
Komitmen
Kata
komitmen berasal dari bahasa Inggris yaitu “commitment”
yang berarti kata benda yang bermakna janji
atau tanggung jawab, sedangkan “commit”
adalah kata kerja yang berarti melakukan, menjalankan, meamasukkan dan mengerjakan. Komitmen adalah istilah
yang telah banyak dipergunakan maupun didengar dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga istilah tersebut sudah tidak asing lagi bagi telinga sebagian anggota
masyarakat. Adapun objek komitmen yang berwujud individu, aktivitas maupun
institusi. Seorang dapat berkomitmen pada individu lain, dapat pula berkomitmen
pada institusi tertentu, baik itu tempat bekerja, organisasi atu kominutis
tertentu. Seorang yang berkomitmen seakan-akan mewajibkan diri untuk tetap
setia kepada objek komitmen, sehingga disini akan dijabarkan mengenai definisi
komitmen dari para ahli baik komitmen dengan objek organisasi maupun komitmen
dengan objek individu.
Mendengar
kata komitmen sering sekali yang muncul dalam pikiran kita adalah sebuah kata
yang mempunyai makna tentang tugas dan
tanggung jawab. Atau sesuatu yang berhubungan dengan janji, keterikatan,
kedisiplinan, kesungguh-sungguhan , motivasi, dan loyalitas. Komitmen adalah
janji yang Anda lakukan terhadap diri Anda. Komitmen menAndakan Anda serius
terhadap hidup Anda atau apa yang ingin Anda capai. Komitmen juga berarti Anda
siap untuk melakukan semua upaya yang dibutuhkan untuk mencapai impian Anda, tidak
peduli apa pun yang Anda akan hadapi di depan. Bila Anda komitmen dan melakukan
evaluasi dalam proses pencapian impian Anda, cepat atau lambat Anda akan sampai
di surga impian Anda.
Komitmen
menurut Wahyono (2010:64) adalah kesepakatan janji pada diri untuk melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan disertai dengan loyalitas berdasarkan kesamaan
nilai visi pribadi. Durkin (1999:127), bahwa komitmen merupakan perasaan yang
kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai dalam hubungannya dengan
peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Allen
dan Meyer (Wahyuni,2008 : 2) menyatakan bahwa individu yang berkomitmen adalah
individu yang bertahan baik dalam keadaan yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan yang terjadi. Bentuk komitmen yang paling banyak diterima adalah
keterikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi penerimaan nilai-nilai
organisasi dan keinginan untuk tetap tinggal bersama organisasi (Porter, dalam
Meyer & Allen, 1997). Dengan demikian dikatakan individu yang memiliki
komitmen akan lebih suka bertahan dari pada individu yang tidak memiliki
komitmen Dari pengertian diatas kesimpulannya adalah komitmen adalah kesediaan
individu untuk bertahan baik dalam keadaan menyenangkan maupun tidak
menyenangkan yang disertai dengan loyalitas. Dalam hal ini komitmen yang
didasari oleh visi pribadi biasanya memiliki kekuatan yang berasal dari
keyakinan, konsistensi, sikap optimis, dan totalitas berkomitmen
(Wahyono,2010:64) . Sikap yang lahir
dari keyakinan kuat, optimis dan totalitas akan membentuk pribadi dengan sikap
komitmen tinggi.
Apa
yang membuat rencana pengumpulan kekayaan anda sukses ? jawabnya tiga hal :
komitmen, komitmen, dan komitmen
(David J.
Schwartz penulis buku The Magic of Thinking Succes)
Komitmen
berbeda dengan motivasi. Motivasi memang penting tapi bukan yang terpenting.
Dapat dinyatakan bahwa motivasi itu tidak konstan (by mood), kadang kita
termotivasi ketika melihat sesuatu, misalnya film, cerita, bertemu dengan orang
yang inspiratif dan sebagainya. Setelah “event” seperti itu, motivasi kita
muncul, tapi tidak tahan lama ‘kan ? Tidak lama kemudian kita kembali ke
keadaan semula, malas karena katanya “kurang motivasi”. Lalu kita mencari
stimulus lainnya, semangat sebentar lalu kembali hilang. Siklus yang akan terus
berlanjut. Sehingga komitmen itu lebih penting dari motivasi. Komitmen bukan
berdasarkan mood, komitmen tidak berasal dari luar diri kita (film
inspiratif, orang inspiratif dsb). Komitmen berasal dari dalam diri kita, tentang
seberapa besar konsistensi kita melakukan apa yang sudah direncanakan. Komitmen
tidak berdasarkan “perasaan”, suka ga suka, lagi semangat atau engga, ya
tugas/kewajiban harus kita lakukan.
Terkadang
komitmen memang mudah diucapkan, namun lebih sukar untuk dijalankan mengiyakan
sesuatu dan akan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab adalah salah satu
sikap komitmen. Dan dengan adanya komitmen seseorang dapat memiliki keteguhan
jiwa, stabilitas sosial tinggi, toleransi, mampu bertahan pada masa sulit dan yang
paling penting adalah tidak mudah terprovokasi.
2.
Syarat
Pembentukan Komitmen
a. Niat
Dan Keyakinan
“Cepat atau
lambat, kemenangan akan menjadi milik orang yang percaya bahwa mereka akan
meraih kemenangan”
(Arnold
Palmer Pegolf kaliber dunia)
Manusia
wajib berusaha. Tuhanlah yang menentukan keberhasilannya. Pernyataan tersebut
sangatlah dipercaya oleh manusia beragama di seluruh dunia. Usaha yang baik
harus dimulai dari niat yang baik pula. Dalam islam, segala syariat dan
perbuatan seseorang berpusat pada niat. Menurut Ensiklopedia Wikipedia, niat
adalah berkehendak kepada suatu atau pekerjaan dengan diiringi melakukannya.
Aspek niat itu ada 3 hal:
a) Diyakini
dalam hati
b) Diucapkan
dengan lisan
c) Dilakukan
dalam bentuk amal perbuatan.
Dengan
niat berarti bersatu padunya antara hati, ucapan dan perbuatan. Niat baik
seseorang yang keluar dari hati yang bersih, akan keluar darinya ucapan yang
baik dan santun, serta tindakan yang dipikirkan masak-masak dan tidak
tergesa-gesa serta cermat.
Suatu
perbuatan dengan niat yang baik akan
berhasil jika dibarengi dengan keyakinan. “Keberhasilan diawali denan
keyakinan” gede Prama (hal 66). Menurut Erbe sentanu dalam buku Quantum Ikhlas (2007:71-72),
membuktikan bahwa, 12 persen kerja otak kita adalah alam sadar (conscious mind),
sedangkan 88 persen adalah alam bawah sadar (subconscious mind). Alam sadar
adalah identik dengan apa yang kita
‘ketahui. Alam bawah sadar
identik dengan apa yang kita “yakini”. Jaya Setiabudi (2009:21) pengusaha muda
mengatakan, “before you ochieve, you must belive”. Sebelum anda mencapai
sesuatu, anda harus lebih dahulu yakin atau percaya. Pengetahuan tidak
menciptakan keyakinan, namun menambah keyakinan yang ada. Berpikir positif
adalah pupuknya keyakinan.
b.
Konsisten
Konsistensi
didasari niiat dan keyakinan yang kuat akan melahirkan pribadi yang berani,
berjiwa tenang dan bersikap optimis.
(Imam Ibnu
Qayyim Sl Jauziyah)
Komitmen
membutuhkan konsisten. Sikap
konsisten (Istiqomah) adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Seseorang yang memiliki niat dan keyakinan yang kuat, tidak akan goyah
menghadapi rintangan, tantangan dan cobaan serta hambatan. Apa yang harus
dilakukan seseorang untuk selalu konsisten pada tujuan? Imam Ibnu Qayyim Al
Jauziyah (691-751 H) dalam kitab “Madaarijus Salikin” menjelaskan bahwa ada
enam faktor yang mampu melahirkan konsistensi dalam seseorang (Arjaz, 1995:27).
1) Seseorang
yang selalu beramal dan mengoptimalisasikan amal perbuatannya
2) Bersikap
moderat (tidak berlebihan). Sikap moderat adalah sikap tengah-tengah antara
tindakan yang melampaui batas dan
tidakan yang menyia-nyiakan.
3) Bertanggung
jawab. Bekerja sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
4) Bersandar
pada faktor yang jelas, tidak bersandar pada sesuatu yang kontemporal.
5) Ikhlas
bekerja bersungguh-sungguh dalam niat ibadah.
6) Mengikuti
ajaran kebaikkan (sunnah). Bersumber dari aturan Illahiyah dan pedoman ajaran
yang benar.
Jika
memiliki 6 faktor diatas maka dampak prilaku dari orang yang berniat kuat dan
konsisten pada tujuan adalah pribadi yang memiliki keberanian, berjiwa tenang,
dan bersikap optimis. Seseorang yang selalu konsisten dalam hidupnya maka ia
akan memiliki keberanian luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala
rintangan yang dihadapi dalam kehidupannya. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan
penghianat dalam perjuangan. Dia berbeda dengan orang yang yang dalam hatinya
ada penyakit takut yang senantiasa menimbulkan kegemangan adalam melangkah dan
khawatir sarta ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan.
c. Sikap
Optimis
“Pada
dasarnya fitrah semua manusia adalah untuk berhasil, bahwa keagalan bukanlah
nasib, melainkan serangkaina keputusan yang kurang tepat dan selalu bisa di-reset,
diputar kembali kearah keberhasilan” (Erbe Sentanu, Quantum Ikhlas)
Keberhasilan
seseorang sering kali berhubungan dengan
seberapa besar kadar optimis yang dimilikinya, sebaliknya kegagalan selalu
dihubungkan dengan pesimisme. Kebanyakan orang tidak berani berkomitmen (kurang
optimis) terhadap impian mereka karena takut ditolak dan gagal dalam proses
mencapai impian mereka. Menurut Clements, (2006 :10) Optimis merupakan sikap
selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk
mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimis dapat juga diartikan berpikir
positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir. Sewaktu
mengalami kegagalan atau tekanan hidup, bagaimana perasaan seorang optimis?
Seorang yang berpikiran positif atau berpikir secara optimis tidak menganggap
kegagalan itu bersifat permanen. Hal ini bukan berarti bahwa ia enggan menerima
kenyataan. Sebaliknya, ia menerima dan memeriksa masalahnya. Lalu, sejauh
keadaan memungkinkan, ia bertindak untuk mengubah atau memperbaiki situasi.
Sedangkan
rumus orang sukses menurut Aris Ahmad Jaya (2009: 67), dalam buku 30 Hari
Mencari Jati Diri, adalah dalam menjalankan komitmennya, mereka lebih banyak
mengalami kegagalan dibanding orang gagal. Taufik pasiak dalam bukunya Manajemen
Kecerdasan, menyatakan bahwa orang pesismis melihat dan mempersoalkan
perasaannya terhadap sebuah kejadian, sebaliknya orang optimis melihat dan
mempersoalkan masalahnya. Kita semua memiliki pandangan yang berbeda terhadap
sebuah kejadian. Kejadian yang sama , pada waktu yang sama tetapi cara
memandangnya yang berbeda.
Jika
usaha Anda belum membuahkan hasil, bisnis Anda belum menghasilkan keuntungan
yang Anda harapkan, atau hubungan dengan pasangan yang tengah goyah, maka anda
harus optimis denga semua itu. Ingatlah kembali pada komitmen awal pada saat
Anda menetapkan tujuan jadi jangan menyerah dengan hambatan dan rintangan yang
ada anda harus optimis untuk mencapai tujuan tersebut.
d. Totalitas
Berkomitmen
Totalitas
sangat diperlukan manakala kita mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas. Tidak
peduli apa profesi anda, entah tukang ojek, mahasiswa, pedagang sayur, tukang
cukur, ketua KPK, atau mengkin jadi pembantu rumah tangga di rumah presiden.
Semua profesi tersebut akan begitu bermakna dan penuh rasa nikmat ketika meraih
hasil jika dikerjakan dengan keseriusan dan kesungguhan.
Menurut
Hamid (1999: 10) totalitas berkomitmen merupakan suatu keikhlasan yang mendalam
yang sedang dan harus dijalani dengan penuh keikhlasan, keterlibatan yang
penuh, hati yang tanpa batas untuk menyelesaikannya, tanpa pamrih, tanpa
mengharapkan prasyarat apapun. Melaksanakan tugas, janji, tanggung
jawab dan pekerjaan sesempurna mungkin, walaupun menyadari bahwa kesempurnaan
dan keberhasilan seringkali merupakan hal yang sulit dicapai karena merupakan
rahasia Illahi yang tersimpan di dalam Arasy Nya yang Maha Agung.
Totalitas
komitmen lebih cenderung kepada rasa pengabdian akan karya, bukan permintaan
atas sesuatu hasil atau gaji dan upah. Totalitas berkomitmen adalah wujud kebersamaan pelaksanaan akan visi
pribadi kita dalam tuntunan Illahi, tidak bernegosiasi atas kehendak Illahi
yang Maha Tahu atas apa yang terbaik dan bukan apa yang selayaknya kita
minta. Totalitas berkomitmen pula lah yang akan meningkatkan kemuliaan
nilai diri, mensejajarkan kita pada strata insan mulia yang sangat
diharapkanNya tercapai karena apa yang telah menjadi komitmen kita lanksanakan
berdasarkan tuntutan illahi (ibadah kepadaNya)
Salah
satu ungkapan klasik yang mungkin sering kita dengar adalah ungkapan manjadda
wajada yang berarti “barang siapa bersungguh-sungguh maka ia dapat”. Ungkapan
ini memang sederhana dan pendek, namun jika dilakukan hasilnya menjadi luar
biasa. Banyak sekali diantara orang-orang yang sering menganggap dirinya gagal
padahal ia masih belum maksimal dalam berusaha. Sering pula orang-orang seperti
itu membunuh semangat dan rasa percaya dirinya dengan mengatakan “aku tidak
bisa”. Padahal menurut para motivator kebanyakan, kalimat seperti itu adalah
kalimat negatif yang mengarahkan si pengucapnya menjadi benar-benar tidak bisa.
Kegagalan
mungkin terasa menyakitkan, namun rata-rata orang sukses menikmati kegagalan
dulu sebelum menikmati manisnya kesuksesan (Clements,2006:34) . Tidak ada kata
gagal sebenarnya, yang ada hanyalah kita terlalu cepat menyerah. Setiap apa
yang kita impikan akan terwujud, hanya saja kapan terwujudnya adalah soal
waktu, dan itu ditentukan oleh seberapa besar kita berusaha.
3.
Implementasi (Penerapan)
Pengaplikasian
komitmen dalam dunia pendidikan salah satunya dapat diterpkan pada komitmen
seorang guru. Dengan adanya komitmen positif dari seorang dapat memunculkan
motivasi kerja yaitu dorongan yang muncul dari dalam diri seorang guru untuk
secara sadar melakukan pekerjaan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Komitmen guru dapat berbentuk perwujudan sikap,
perilaku keberpihakan guru terhadap operasional sekolah guna mencapai tujuan,
visi, misi yang ditetapkan yang ditunjjukan oleh komitmen normatif, yaitu
loyalitas terhad sekolah dan komitmen afektif yaitu perilaku dalam pengabdian
diri terhadap tugas. Komitmen afekti guru adalah keterikatan emosional guru,
identifikasi guru pada organisasi sekolah. Keterikatan itu yang menyebabkan guru
meyakini tujuan sekolah menjadi tanggung jawabnya. Komitmen afektif guru
meliputi indikator: patuh terhadap aturan, hormat terhadap atasa, bersikap baik
terhadap sesama dan lingkungan, mencintai organisasi, rela berkorban demi
organisasi, dan penuh tanggung jawab.
Dalam
hal ini komitmen yang didasari oleh visi pribadi atau dalam diri pribadi
biasanya dapat dibangun melalui kekuatan yang berasal dari niat dan keyakinan,
konsistensi, sikap optimis, dan totalitas berkomitmen.
C. Kebiasaan
memberi dan mengawali (Giving and Helping Angel Principle)
Berbicara
mengenai keteladan malaikat adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan
manusia karena Malaikat adalah
makhluk yang mulia, sangat dipercaya Allah untuk menjalankan segala perintah-Nya.
Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik - baiknya. Seberat apapun pekerjaannya
akan dilakukan sepenuh hati. Prinsip mereka hanya satu yakni mengabdi pada
Allah SWT semata. Memiliki kesetiaan tiada tara, bekerja tanpa kenal lelah, tak
punya kepentingan yang lain selain menyelesaikan tugas yang diberikan Allah
hingga tuntas. Dengan hasil yang sangat memuaskan, mereka sangat disiplin dalam
melaksanakan tugas. Semua system yang berada dibawah tanggung jawabnya berjalan
dengan sangat sempurna, tanpa cacat sedikitpun. Inilah contoh integritas
sesungguhnya- integritas total yang telah menghasilkan kepercayaan yang Maha
Tinggi- yang diberikan lansung oleh Allah dan malaikat secara sungguh –sungguh
mampu menjaga kepercayaan yang diberikan kepadanya, sehingga menjadi suatu kepercayaan
yang abadi. Keteladanan yang bisa diambil dari sifat malaikat secara umum
adalah, kepercayaan yang dimilikinya, loyalitas dan integritasnya yang sangat
mengaggumkan.penjelasan ini diperkuat dengan firman Allah dalam QS Al Anfaal (Rampasan
Perang ) 8:9 berbunyi : (ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan pada
Tuhanmu, lalu Ia mengabulkan permohonanmu(sambil berfirman)”Akan kutolong kamu
dengan seribu malaikat beriring-iring.
Berdasarkan gambaran penjelasan tersebut, dilihat dari
sudut pandangan sikap dan keteladanan pada seorang malaikat, itulah yang
menjadi dasar utama pengembangan pendidikan karakter bagi kehidupan karena ini
landasan motivasi untuk melakukan perubahan dalam hidup dimulai dari diri
sendiri,lingkungan masyarakat bangsa dan negara.Untuk Mengawali sesuatu seperti
yang telah dijelaskan oleh Ary Ginanjar bahwa saat mengawali suatu
pekerjaan,terlebih dahulu kita telah mengawali kebiasaan memberi dan menetapkan
hati untuk melakukan pekerjaan dengan kemuliaan nama-Nya,menebarkan rasa kasih
sayang,dan tidak merugikan orang lain.
1. Pengertian Memberi dan Mengawali
Didalam kehidupan anda rahasia sukses dengan cara memberikan lebih dahulu
pada yang minta. Seangkan mengawali memulai suatu aktifitas, dengan cara menetapkan
hati untuk melakukan dengan keikhlasan. Memberi maupun mengawali dalam
kehidupan adalah suatu tindakan untuk meraih kesuksesan sebab ada berbagai memberi
sesuatu kepada orang lain bagi berupa zakat,sedekah,hadiah dan sumbangan
atau apapun selama memberi sesuatu
positif kepada pihak lain. sebab ini adalah salah satu kunci kesuksesan. Dalam
hadis (HR Bukharidan Muslim) “Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan
di atas punggungnya, hal itu lebih baik dari pada jika ia meminta-minta pada seseorang
yang kadang-kadang diberi, kadang-kadang
pula ditolak”
Sebelufhvm
melanjutkan dengan bagaimana memberi adalah rahasia sukses terbesar yang bisa
membukakan rejeki kita tanpa batas,maka terlebih dahulu diketahui beberapa
jenis MEMBERI atau GIVING yang dimaksud
di sini sebagai kunci pembuka kesuksesan, kekayaan, dan kebahagiaan
hidup.Memberi sebagai rahasia sukses terbesar yang mempunyai makna luas sekali.
Intinya adalah Anda mengambil sebagian dari milik Anda dan membaginya dengan
orang atau pihak lain.Dalam Bahasa Indonesia ada banyak sekali jenis memberi.
Dan SEMUANYA itu bila dilakukan dengan NIAT yang benar, bisa membuka pintu
kesuksesan dan kekayaan yang seluas-luasnya untuk Anda.Jadi ketika mengatakan
"memberi" di sini, saya tidak hanya membicarakan tentang SEDEKAH
misalnya, walaupun sedekah termasuk satu dari banyak jenis memberi yang saya
maksudkan.
Berdasarkan
penjelasan diatas Pada dasarnya ada 2 jenis memberi yaitu:
1. Pemberian
yang wajib
Yang
dalam Islam disebut ZAKAT, sementara dalam tradisi Judeo-Christian, disebut
sebagai TITHE, atau "persembahan sepersepuluhan". (Sebenarnya, zakat
dan tithe adalah sama secara konsep, hanya berbeda dari jumlah dan cara
penghitungannya saja).Intinya, pemberian wajib (Zakat atau Tithe) ini harus
dikeluarkan dari harta yang telah kita miliki, dan secara spiritual, berfungsi
untuk membersihkan harta kita sehingga siap menerima tambahan lebih banyak
lagi.
Lebih
dalam lagi, zakat/tithe sebenarnya
merupakan: bentuk pengakuan (iman) serta rasa syukur kita bahwa segala
sesuatu yang kita terima, nikmati dan miliki pada dasarnya adalah pemberian
Tuhan, tidak lain. Harta kita bukanlah hasil kerja keras kita semata yang bila
tanpa ijin Tuhan tidaklah akan menghasilkan.
Karena
merupakan bentuk pengakuan iman dan rasa syukur kita pada Tuhan, Zakat/Tithe sebenarnya,
secara esensi, WAJIB dikeluarkan oleh siapapun, miskin atau kaya. Baik yang
kaya maupun yang miskin harus punya iman dan rasa terima kasih pada Tuhan
bukan? Dan karena nanti Anda akan lihat bahwa "memberi" bisa membuka
aliran rejeki Anda seluas-luasnya, maka jelas mereka yang miskinlah yang justru
makin "WAJIB" membayarkan zakat/tithe mereka kalau mereka tidak ingin
terus miskin
2.
Pemberian
Yang Sukarela
Dalam bahasa Inggrisnya disebut "CHARITY",
di mana jumlahnya biasanya tidak ditentukan, terserah kita, dan kita juga bisa memilih untuk memberi atau
tidak.Bentuknya sangat banyak, tetapi secara garis besar, berdasarkan tujuan
dan penerimanya, ada sedikitnya 4 jenis:
o Pemberian kepada yang lebih membutuhkan (lebih miskin)
dari kita, misalnya sedekah, sumbangan, bantuan, donasi.
o Pemberian untuk tujuan menyumbang demi kemajuan atau
pembangunan, misalnya infaq, hibah, sumbangan, donasi.
o Pemberian untuk menunjukkan rasa sayang dan perhatian,
misalnya hadiah, oleh-oleh, traktiran, volunteer work atau pelayanan.
o Pemberian untuk mengungkapkan pengakuan dan
penghargaan, misalnya bonus atau hadiah.
Sama seperti pemberian wajib, walaupun jenisnya
"sukarela", dan Anda bebas memilih untuk melakukannya atau tidak,
saya tegaskan sekali lagi, bahwa ANDA "WAJIB" melakukan semua memberi
ini kalau Anda ingin SUKSES dan ingin menjamin kelangsungan kesuksesan yang
telah Anda rasakan.
2.
Kebiasaan
Memberi dan Mengawali yang akan Menguntungkan sesame manusia”
Sebagai makhluk sosial yang diciptakan Oleh
Tuhan, manusia selalu berinteraksi dan membutuhkan bantuan sesamanya. Dalam
interaksi yang diciptakan oleh manusia, mereka membutuhkan suatu rasa kepercayaan
yang harus dibangun agar memberikan timbal balik positif yang menguntungkan kedua belah pihak.
Beberapa hal kecil yang biasa kita lakukan untuk memberi dan
membangun kepercayaan, contohnya :
a) Memberi
penghargaan kepada orang lain
b) Memberi
perhatian tulus kepada orang lain
c) Mau
mendengar orang lain berbicara
d) Membuat
orang lain menjadi penting di hadapan kita
e) Mau
mengakui kesalahan dan berani meminta maaf
f) Selalu
mengucapkan terima kasih
g) Suka
memuji orang lain
h) Berusaha
mengerti perasaaan orang lain
i)
Mengucapkan salam
a.
Memberi
penghargaan kepada orang lain
Memberi penghargaan kepada orang lain dapat
dilakukan dengan dua hal, yaitu secara lisan dan secara tindakan
·
Menjalin hubungan talikasih saying
(silaturrahmi) khususnya antara yang member penghargaan dan yang
diberipenghargaan.
·
Membut senang atau gembira orang yang
hasil karyanya dihargai
·
Mendorong orang yang hasilkaryanya di
hargai, agar mempertahankan dan meningkatkan kualitas hasil karyanya kearah
yang lebih baik.
·
Menjauhkan dari sifat menghina dan
mencela hasil karya orang lain karena merupakan perilaku buruk yang akan
mendatangkan kerugian.
·
Meningkatkan taraf hidup orang yang
diberi penghargaan apabila penghargaan yang diberikan itu berupa sejumlah uang,
tugas belajar, atau menaikan pangkatnya kejenjang yang lebih tinggi.
b. Memberi
perhatian tulus kepada orang lain
·
Melalui bahasa tubuh
Ketika berbicara kita harus menunjukkan
pandangan mata, kontak mata, orientasi tubuh, dan ekspresi wajah untuk
menunjukkan semua minat dan kepredulian kita padanya. Pada saat dia berbicara
pada kita, kita juga harus menunjukkan sikap badan yang penuh perhatian
padanya.
·
Melalui sentuhan
Sentuhan bias jadi merupakan cara
terbaik untuk menunjukan perhatian kita pada seseorang, terutama yang kita beri
perhatian.
·
Melalui tindakan
Memberi kartu ulang tahun, merwatnya
ketika sakit, beri inisitaif mengajaknya ketempat yang menyenangkan baginya,
menunjukkan perhatian melalui bunga, puisi, dan berbagai hadiah spontan
lainnya. Dan tentunya tindakan paling mudah untuk memberikan perhatian adalah
dengan senyuman. Senyuman yang tulus dari dalam hati untuk memberikan perhatian
dan psikologis bagi orang lain
c.
Mau
mendengar orang lain berbicara
·
Mendengar aktif
Kita juga dapat menunjukkan perhatian kita dengan sungguh-sungguh
mendengarkan apa yang dikatakan kepada kita. Dan memberikan respon positif terhadap
apa yang dikatakan maupun yang dilakukannya
·
Melalui tekanan suara
Hangat, simpati, ekspresif, dantertarik.
d. Membuat
orang lain menjad ipenting di hadapan kita
Elemen terpenting untuk membuat
orang lain nyaman berbicara dengan anda adalah seperti apa yang ditulis Kevin Hogan
dan Mary Lee LaBay dalam bukunya ”Irresistible Attraction” yaitu : ”Buatlah
orang lain tidak merasa salah, bahkan ketika mereka keliru”. Inilah yang saya
maksudkan, bayangkan anda sedang berdiskusi dengan seseorang dan anda kesulitan
menyampaikan maksud anda. Anda telah menjelaskan maksud anda dengan baik,
tetapi orang yang anda ajak bicara tetap merasa bingung. Anda punya dua
pilihan, membuat mereka merasa bersalah karena tidak mengerti atau membuat
mereka tetap percaya diri dengan bahasa anda yang empatik.
Anda bias saja mengatakan seperti ini, ”Saya tidak tahu mengapa anda
tidak paham, sekarang saya coba menjelaskan dengan cara yang mudah-mudahan
dapat anda mengerti.” Dan akibatnya, lawan bicara akan merasa bersalah, tidak
percaya diri, dan membuat mereka semakin merasa bingung. Namun lain halnya jika
anda berbicara seperti ini, ”Mungkin saya tidak menjelaskan ini dengan baik,
ijinkan saya untuk memperjelas hal ini”. Sekarang, anda telah menghilangkan
hambatan bagi diri anda untuk menjelaskan hal itu denga ncara yang tidak
membingungkan lawan bicara anda.
e. Mau
mengakui kesalahan dan berani meminta maaf
·
Jujur saat menghadapi masalah
Artinya biasakan bersikap terbuka pada orang lain.
Jangan takut mengungkapkan permasalahan yang Anda hadapi. Jika ia tahu masalah
yang Anda hadapi dan ternyata Anda berbuat kesalahan, mungkin orang lain akan
bias memahami dan Anda harus bias menjelaskan perbuatan/kesalahan Anda tersebut
pada orang itu.
·
Berani
mengakui kesalahan
Jangan takut atau malu mengakui kesalahan yang Anda
perbuat. Berani mengakui kekuarangan dan kesalahan adalah ciri orang berjiw
abesar.
·
Menampakkan penyesalan
Jika Anda mengalami ini katakana betapa Anda sangat
menyesal telah menyakiti hatinya. Namun, penyesalan yang Anda lakukan hendaknya
bukan sekedar lip service alias ucapan dibibir. Penyesalan yang mendalam dan
tulusakan terbaca dari sikap yang Anda tampilkan.
·
Mau berubah
Jiwa besar untuk mengakui dan menampakkan penyesalan
wajib diikuti perbaikan sikap dan perilaku. Jika setelah meminta maaf Anda
tetap mengerjakan pekerjaan yang merugikan atau menyakitkan hatinya, tentu
permohonan maaf Anda tak akan berarti apa-apa.
·
Menyenangkan hatinya
Usai meminta maaf, lengkapi komunikasi dengan
mengerjakan hal-hal yang dapat menyenangkan hatinya. Dan kalau perlu berikan
perhatian yang lebih dari biasanya.
·
Tidak mengulangi kesalahan yang sama
Berusahalah untuk konsekuen terhadap janji yang
telah Anda ucapkan padanya. Kesungguhan Anda untuk tidak melakukan kesalahan
serupa akan membuat Anda lebih berhati-hati dalam melangkah.
·
Siap menerima kritik
Jangan sekali-kali merasa apa yang Anda lakukan
selalu benar. Berbesar hati untuk menerima pendapat atau kritik adalah salah
satu cara untuk meminimalisir kesalah pahaman.
f. Selalu
mengucapkan terima kasih
Terima
kasih, 2 kata yang memang sederhana tapi syarat makna. Kata-kata yang kadang kita lupa untuk ucapkan sebagai
ekspresi ucapan syukur atas apa yang
kita terima atau kita rasakan. Contohnya yang vital dan dekat adalah udara yang
kita hirup saat ini. Mungkin juga kata “terima kasih” begitu sering kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari sehingga kadang terdengar klise dan pudar
esensinya.
g.
Suka
memuji orang lain
Orang lain itu ibarat sebuah cermin.
ApabilaAnda memuji orang lain, maka orang lain akan merasa senang. Dan jika
orang lain senang, maka Andapun akan merasa senang. Jika Anda merasa senang,
maka rasa stresspun akan berkurang. Ibarat seorang pelawak, apabila lawakannya
ditertawakan orang, berarti orang lain senang. Jika orang lain senang,
pelawakpun merasa senang.
h. Berusaha
mengerti perasaaan orang lain
Salah satu sikap penting yang mesti
dikuasai dalam hidup adalah sikap untuk berusaha mengerti perasaan orang lain.
Sikap untuk berusaha mengerti perasaan orang lain adalah kemampuan untuk
mengerti pemikiran dan perasaan orang. Singkat kata, sikap untuk berusaha
mengerti perasaan orang lain memungkinkan kita untuk menempatkan diri dalam
posisi dan diri orang sehingga kita bukan saja dapat mengerti alam
pemikirannya, tetapi juga alam perasaannya.
i.
Mengucapkan salam
Menyebarkan salam salah satu cara
menggalang persatuan, dan dapat mengantarkan pelakunya kesurga. Abu Huroirohra.
mengabarkan, Rosulullah saw. bersabda: "Kalian tidak akan masuk surge
sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling
mencintai. Tidakkah kalian mau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian
kerjakan akan menjadikan kalian saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di
antara kalian." (HR. Muslim)
Anjuran mengucapkan salam ini tidak
terbatas pada orang yang kita kenal saja. Kepada orang lain yang belum kita
kenal sekalipun, asalkan dia muslim idealnya kita mengucapkan salam juga.
Abdullah bin ’Amru bin Al-’Ash ra. Menceritakan bahwa ada seorang lelaki
bertanya kepada Rosulullah saw. "Bagaimanakah Islam yang baikitu, ya Rosulullah?"
Beliau bersabda, "Berilah makan kepada orang yang memerlukannya, dan
ucapkanlah salam baik kepada orang yang sudah engkau kenal maupun orang yang belum engkau kenal" (HR. Muttafaqun
’Alaih).
Pada hakikatnya manusia lahir dimuka
bumi ini tentunya tidak dapat hidup sendiri. Tentu membutuhkan bantuan orang
lain. Seperti dalam hal mencukupi kebutuhan pokok dalam hidup, akan sangat
sulit sekali seorang individu akan menjadi petani untuk menanam padi, akan
menjadi penjahit, menciptakan kain untuk pakaian dan akan menciptakan batu bata
dan semen untuk membuat rumah. Hal ini dalam era seperti sekarang tidak mungkin
terjadi. Gaya hidup yang serba instan dan modern ini membuat manusia tumbuh
menjadi manusia yang tidak suka repot dan ribet. Majunya peradaban manusia juga
diikuti dengan majunya teknologi. Di zaman yang serba canggih ini manusia
dimanjakan dengan segala teknologi, seperti computer, internet, handphone,
gadjet, smartphone, mesin-mesin industry yang canggih dan lain sebagainya yang
menjadikan manusia semakin hidup konsumtif. Karakter masyarakat pun lambat laun
bergeser menjadi masyarakat yang manja dan malas karena selalu dimanjakan
dengan teknologi dan enggan menciptakan inovasi dan penemuan baru sehingga
apabila hal ini dibiarkan, Indonesia bisa kembali menjadi Negara yg terjajah.
Namun kali ini bukan dijajah oleh bangsa
lain seperti zaman dahulu, namun dijajah oleh teknologi yang diciptakan
bangsa lain. Hal ini membuat dunia pendidikan menggalakkan kembali pendidikan
karakter bangsa kita. Karena karakter bangsa Indonesia ini kian hari kian
merosot akibat adanya globalisasi. Dalam hal ini membiasakan giving and helping
juga menjadi topic penting dalam pembiasaan kehidupan sehari-hari.
Hakikat
Giving and Helping
Memberi dan menolong adalah suatu konsep
yang diajarkan oleh semua agama. Tidak ada satu agama pun di dunia ini yang
tidak mengajarkan konsep memberi dan
menolong. Ada beberapa perintah agama seperti:
1. Harus
berzakat
2. Himbauan
bersedekah
3. Bersikap
baik kepada siapa saja
4. Selalu
bersabar dan tersenyum
5. Berbaktilah
kepada orang tua dan lain sebagainya
Yang tentunya mengajarkan manusia untuk
memberi. Dengan berzakat kita bisa membersihkan harta. Karena dalam harta kita
tentunya ada harta oranglain dan ada hak orang lain. Bersedekahlah agar bisa
menjauhkanmu dari marabahaya dan musibah. Orang tua, guru atau pun sahabat
selalu menyarankan agar rajin bersedekah karena sedekah itu tidak akan membuat
kita miskin justru membuat kita kaya. Kita menjadi banyak saudara, teman dan
kerabat. Tentunya orang yang diberi sedekah juga akan mendoakan agar orang yang
bersedekah semua hajat nya terkabul dan dijaukan dari marabahaya. Memberi tidak
hanya member harta benda saja. Namun juga member senyum, memberikan sikap yang
baik kepada orang, member teladan yang baik dan lain sebagainya yang tentunya
hakikat memberi ini tidak akan
mengurangi apapun yang anda miliki karena dengan memberi justru kita akan
bertambah nikmatnya.
Sedangkan
konsep helping atau menolong kami yakin juga setiap agama mengajarkannya. Misal
dalam agama Islam seperti yang terdapat dalam (QS. Ar Rum : 47)” Dan kami selalu berkewajiban menolong
orang-orang yang beriman”. Hal ini
jelas siapa saja yang beriman wajib ditolong. Menolong sesame manusia adalah
wajib hukumnya apalagi apabila saudara kita memerlukan pertolongan. Apabila
kita selalu menolong tentunya kita juga akan selalu mendapat pertolongan saat
kita membutuhkan pertolongan. Seperti yang di jelaskan dalam (QS. Al Hajj: 40)” Sesungguhnya Allah pasti menolong orang
yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.”Disini jelas sekali bahwa yang menolong agama Allah pasti akan
ditolong oleh Allah. Dan tentunya orang yang baik agamanya juga akan baik
akhlaknya.
Contoh Sosok terbaik giving and helping
Sosok terbaik yang harus kita teladani
dalam membiasakana giving and helping adalah Rosul kita, Guru kita, dan Ibu
kita. Merekalah sosok pemberi dan penolong yang sangat tulus dan tanpa meminta
balas dan yakin bahwa Tuhan kita lah yang kembali akan menolong dan member apa
yang kita harapkan dan usahakan. Kita ambil contoh sosok terdekat dengan kita
adalah Ibu kita. Seorang Ibu adalah sosok yang luar biasa yang harus kita
teladani karena selalu memberi apa yang terbaik untuk anak-anaknya dan
keluarganya. Ibu juga selalu menolong dalam keadaan apapun. Ibu harus
mengandung selama Sembilan bulan dengan susah payah, menahan sakit, tidak
nyaman dan berat namun selalu tersenyum dan tetap bisa memberi motivasi pada
anak dalam rahimnya. Selalu ikhlas bertaruh nyawa saat melahirkan dan tak
pernah meminta imbalan atas air susu yang diberikan pada anaknya. Dalam setiap
tumbuh kembang anaknya dia selalu member yang terbaik. Bahkan ketika anaknya
beranjak dewasa dan menyakitinya pun Ibu akan tetap tersenyum dan tetap selalu mendoakan
kesuksesan anak-anaknya. Pemberi dan penolong yang dekat dengan kita yang harus
kita teladani adalah kasih saying dari sosok Ibu.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya seseorang pendidik/pekerja harus
memiliki Prinsip angel principle. Prinsip ini mengajak kita untuk melakukan
perbuatan-perbuatan baik karena kita tahu segala perbuatan kita akan dicatat
oleh malaikat Allah, dan kita mengharapkan balasan hanya dari Allah, bukan
berupa penghargaan dari orang lain. Banyak contoh perbuatan-perbuatan yang
didasarkan oleh angel principle akan membawa berkah besar dari arah yang tidak
diduga-duga.
Bekerjalah sesuatu yang yang berbeda
makna tetapi satu tujuan yaitu bekerja bagaimana kita dengan ikhlas menjalankan
sedangkan mendidik bagaimana kita mendidik dengan tulus, ikhlas dan jujur
seperti malaikat. ingatlah bahwa Anda bekerja karena Allah bukan karena yang
lain, jadikan ini ibadah kepada-Nya. berprestasilah setinggi-tingginya pada
setiap pekerjaan, karena Alah melihat Anda. tidak perlu minta diawasi oleh
orang lain,atau meminta penghargaan dari orang lain, biarkan Allah yang
menghargai, bukan mereka. Janagn setengah-setengah. Anda akan mendapatkan
kepercayaan ari orang lain maupun diri sendiri! ingatlah bahwa integritas
adalah sumber kepercayaan dan persahabatan.
Prinsip Malaikat, atau Angel Principle adalah seorang yang memiliki loyalitas yang tinggi,
komitmen, suka mengawali dan memberi, suka menolong dan saling percaya.
Jika
pendidik memiliki karakter moral, saya yakin
pendidik tersebut akan menjadi leader
dalam mendidik anak banngsa, karena dijalankan oleh orang-orang yang bisa
bekerja dengan baik, meski tanpa ada yang mengawasinya secara kasat mata,
karena ia bekerja dengan Prinsip Malaikat.
B. SARAN
Hendaknya
para pendidik/pekerja supaya meniru prinsip malaikat (Angel Principle) supaya apa yang kita kerjakan itu benar-benar
keluar dari dalam hati, dengan hati yang ikhlas tidak mengarapkan pujian dari
orang lain dan kita serahkan kepada allah yang menilai itu semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Jaya, Aris,
2009, 30 hari mencari jati diri. Pustaka Inti. Jakarta
Arjaz,Hosen,
1995, Meretas jalan istiqamah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziah ;
[diterjemahkan ], Bandung: Yayasan Risalah Pers.
Clements,
Phil, 2006, Be Positive Ed.2: Sukses Menjadi Manager yang Positif, Jakarta: PT
Erlangga
Edy Sutrisno. 2010.
Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Prenade Media Group.Endang Sulitiarini. “Pengaruh Economic Content, Resource Content,
dan Social Content terhadap Kepercayaan, Kepuasaan dan Komitmen serta
Relationship Intention Debitur Bank Sumut di Sumatera Utara”. Disertai
diakses pada tanggal 17 Oktober 2014 dari http:/www.damandiri.or.id/file/endangsulistiariniunairbab2.pdf
Ginanjar A,
,Ary 2003, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey
Melalui Al-Ihsan. Jakarta: Penerbit Arga,.
-----------------------2005.
Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan spiritual: ESQ. Jakarta: Penerbit
Arga,.
Hamid,
Abdul,1999, SDM yang produktif: pendekatan al-Quran dan sains. Jakarta: Gema
Insani Pres
Pasiak,Taufik ,
2006, Manajemen Kecerdasan, Jakarta Mizan Pustaka
Patricia
Patton. 2002. Emotional Quotiont
Leadership Skills. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Hariyanto. Jakarta : PT
Mitra Media.
Rohadi.
2005. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasaan
Kerja, dan Komitmen pada organisasi Terhadap Kinerja Guru Bantu SMA di Kabupaten Kendal. Tesis. Semarang :
PPS Universitas Ngeri Semarang.
Sentanu, Erbe, 2009 Quantum Ikhlas:Cetakan
ke-18 : Maret, Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Setiabudi, Jaya,2009,
The Power of Kepepet, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wahyono,
Joko, 2010. Sekolah Kaya Sekolah Miskin, Guru Kaya Guru Miskin. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.
Komentar
Posting Komentar