KONSEP DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KONSEP
DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kami
panjatkan ke Hadirat Allah SWT., karena atas limpahan Rahmat serta Hidayahnya
kami dapat menyelesaikan tugas menyusun makalah konsep dasar IPS kelompok yang
berjudul “Pengangguran, kemiskinan, dan lingkungan” dengan sebaik-baiknya.Terimakasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar IPS, orang tua, teman-teman dan
semua pihak yang telah mendukung pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu. Kami menyadari betul bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun dari dosen pengampu dan para pembaca pada
umumnya agar nantinya kami dapat memperbaiki kualitas dari makalah yang telah
kami buat.Kami juga mohon maaf atas kekurangan yang ada.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Yogyakarta,
23 Oktober 2014
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Topik
terhangat yang dicatat di halaman surat kabar nasional pada tahun 2030. Itu pun
hanya prediksi beberapa ahli yang mengabaikan peningkatan pendapatan beberapa
negara lain di atas yang memang memiliki pendapatan per kapita seperti apa yang
tertulis saat ini. Dengan berat hati kita harus mengakui bahwa pendapatan per
kapita penduduk Indonesia hanya US $ 1,946 pada tahun 2008, jauh di bawah
Jepang US $ 34,189, Amerika US $ 43,444, Australia US $ 50,000, dan Singapura
US $ 29,320. Apa masyarakat Indonesia harus menunggu sampai tahun 2030? Dan apa
mungkin di tahun 2030 prediksi itu benar-benar akan tercapai? Atau itu hanyalah
mimpi indah belaka bagi rakyat Indonesia? Sampai sekarang masalah Pengangguran Kemiskinan
dan Lingkungan masih
menjadi “hantu” yang menakutkan bagi sebagian besar rakyat Indonesia.
Pengangguran,
Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga
kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten
dan aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami
oleh Negara-negara berkembang melainkan negara maju sepeti inggris dan Amerika
Serikat. Negara inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada
era kebangkitan revolusi industri di Eropa. Sedangkan Amerika Serikat bahkan
mengalami depresi dan resesi ekonomi pada tahun 1930-an dan baru setelah tiga
puluh tahun kemudian Amerika Serikat tercatat sebagai Negara Adidaya dan
terkaya di dunia.
Ada
beberpa kondisi yang menyebabkan Penganguran, kemiskinan dan factor Lingkngan bisa
terjadi. Yaitu Pengangguran terbuka, setengah menganggur, pengguran
terselubung, kemudian kemiskinan alami dan kemiskinan buatan.kemiskinan alami
terjadi akibat sumber daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang
rendah dan bencana alam. Kemiskinan Buatan diakibatkan oleh imbas dari para
birokrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas
yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut
kemiskinan tersebut.
Dampaknya,
para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan
pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.Sedangkan lingkungan
dapat didefinisikan meliputi
dua bagian yang pertama, kondisi-kondisi fisik seperti udara, air, daratan, lautan,
tumbuh-tumbuhan, binatang yang memberikan efek/dampak pertumbuhan dan
perkembangan dari sebuah individu atau sebuah komunitas, dan yang kedua aspek
sosial
dan budaya seperti etika, ekonomi, estetika yang memberikan efek kepada
individu maupaun komunitas.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud dengan pengangguran?
2.
Apa yang dimaksud dengan Kemiskinan?
3.
Apa yang dimaksud Lingkungan?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini, adalah:
1.
Mengetahui yang dimaksud dengan
Pengangguran
2.
Mengetahui yang dimaksud dengan
Kemisikinan
3.
Mengetahui yang dimaksud dengan
Lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGANGGURAN
1. Definisi Pengangguran
Definisi
pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu,
yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan
upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai
kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut. Selain definisi di atas masih banyak
istilah arti definisi pengangguran diantaranya:
Menurut (Sadono
Sukirno: 2004) Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menurut (Payman J. Simanjuntak: 2002) Pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
Definisi
pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang
menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan kerja.Definisi
pengangguran menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja,
sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
2. Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran
sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja
secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
1.
Pengangguran
Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2.
Setengah
Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
3.
Pengangguran
Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak
mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
3. Macam-macam pengangguran
Berdasarkan penyebab
terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment)
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
2. Pengangguran struktural (Struktural Unemployment)
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak
ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh
beberapa kemungkinan, seperti : akibat permintaan berkurang, akibat kemajuan
dan pengguanaan teknologi, akibat kebijakan pemerintah.
3. Pengangguran friksional (Frictional Unemployment)
adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi
kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
4. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul
akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
5. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi
akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
6. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).
4. Sebab-Sebab Terjadinya Pengganguran
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pengganguran adalah sebagai berikut:
1. Besarnya
Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan KerjaKetidakseimbangan terjadi
apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.Kondisi
sebaliknya sangat jarang terjadi.
2. Struktur
Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3. Kebutuhan
jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan
kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi
kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang
tersedia.Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang
ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4. Meningkatnya
peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan
Kerja Indonesia.
5. Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang jumlah angkatan kerja
disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di
daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan
dari suatu negara ke negara lainnya.
5. Dampak-Dampak
Pengangguran Terhadap Perekonomian
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap
per-ekonomian kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua
aspek ekonomi, yaitu:
1. Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir
pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus.
Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan
menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
Hal ini
terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian,
seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat
memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena
pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai
masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang
seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang
berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang
tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat
pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun
akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang
sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang.
Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan
perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi
menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
2. Dampak pengangguran terhadap Individu yang Mengalaminya
dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif
pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada
umumnya:
a. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
b. Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
c. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social
politik.
3. Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran
membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran
yang terjadi, yaitu sbb :
a. Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
1). Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
2). Segera
memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke
tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
3). Mengadakan
pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang
kosong, dan
4) Segera
mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
b. Cara Mengatasi
Pengangguran Friksional
Untuk
mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
1) Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan
industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
2) Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang
industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
3) Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home
indiustri
4) Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga
kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
5) Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti
pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa
menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru
dari kalangan swasta.
c. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis
pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
1). Pemberian
informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
2). Melakukan
pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu
musim tertentu.
d. Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk
mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
1) Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap
barang dan jasa, dan
2) Meningkatkan daya beli Masyarakat
B.
KEMISKINAN
1. Definisi Kemiskinan
Dalam
kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek.Adapun kata “fakir” diartikan sebagai
orang yang sangat miskin.Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa
kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi.Hal ini bermula sejak masa neo-klasik
di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negatif (ketidakseimbangan)
antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan arti definitif
dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan.Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga
pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan
moral.Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa
kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai
sektor, baik sektor industri maupun pembangunan.Senada dengan pendapat di atas
adalah bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi,
atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang
diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah
dan tereksploitasi.Arti definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan
struktural.
Deskripsi
lain, arti definitif kemiskinan yang mulai bergeser misal pada awal tahun
1990-an definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan, tapi
juga mencakup ketidakmampuan di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Di
penghujung abad 20-an telah muncul arti definitif terbaru, yaitu bahwa
kemiskinan juga mencakup kerentanan, ketidakberdayaan dan ketidakmampuan untuk
menyampaikan aspirasi.
Kemiskinan
sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara
yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan
Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun
1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada masa
itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang
sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya
belinya juga rendah.Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan
terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas,
pengangguran.
Amerika
Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan, terutama pada
masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika
Serikat tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia.Sebagian besar
penduduknya hidup dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyak memberi
bantuan kepada negara-negara lain. Namun, di balik keadaan itu tercatat
sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari jumlah penduduknya tergolong miskin.
Kemiskinan
dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif
dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila
hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan,
pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
2.
Indikator-indikator
Kemiskinan
Untuk
menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail
indikator-indikator kemiskinan tersebut.
Adapun
indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat
Statistika, antara lain sebagi berikut:
1. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2. Tidak
adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak
adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan
terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya
kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kurangnya
apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak
adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan
untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan
dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
3.
Penyebab Kemiskinan
Di
bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah Kuraiyyim. Yang
antara lain adalah:
1
Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara
global.
Yang penting
digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak
seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas
berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula
sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan
turun beriringan.
Berikut beberapa faktor
yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
a) Naiknya standar
perkembangan suatu daerah.
b) Politik ekonomi
yang tidak sehat.
c) Faktor-faktor
luar neger, diantaranya:
- Rusaknya
syarat-syarat perdagangan
- Beban hutang
- Kurangnya bantuan
luar negeri, dan
- Perang
2
Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor
ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk
menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan
SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa
dipertanggungjawabkan dengan maksimal
3
Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya
kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan
pendapatan atau gaji masyarakat.Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis
dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja
ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik dan banyaknya pengangguran.
4
Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal
ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan
untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan
warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.
4.
Perkembangan
Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Bagaimana
perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia? Program Pembangunan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan laporan tahunan Pembangunan manusia (Human
Development Report) 2006 yang bertajuk Beyord scarcity; power, poverty dan the
global water. Laporan ini menjadi rujukan perencanaan pembangunan dan menjadi
salah satu Indikator kegagalan atau keberhasilan sebuah negara menyejahterakan
rakyatnya.Selama satu dekade ini Indonesia berada pada Tier Medium Human
Development peringkat ke 110, terburuk di Asia Tenggara setelah Kamboja.
Jumlah
kemiskinan dan persentase penduduk miskin selalu berfluktuasi dari tahun ke
tahun, meskipun ada kecenderungan menurun pada salah satu periode (2000-2005).
Pada periode 1996-1999 penduduk miskin meningkat sebesar 13,96juta, yaitu dari
34,01 juta(17,47%) menjadi 47,97 juta (23,43%) pada tahun 1999. Kembali cerah
ketika periode 1999-2002, penduduk miskin menurun 9,57 juta yaitu dari 47,97
(23,43%) menurun menjadi 38,48 juta (18,20%). Keadaan ini terulang ketika
periode berikutnya (2002-2005) yaitu penurunan penduduk miskin hingga 35,10
juta pada tahun 2005 dengan presentasi menurun dari 18,20% menjadi 15,97 %.
Sedangkan pada tahun 2006 penduduk miskin bertambah dari 35,10 juta (15,97%)
menjadi 39,05 juta (17,75%) berarti penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta
(1,78%).
Adapun
laporan terakhir, Badan Pusat Statistika ( BPS ) yang telah melaksanakan Survei
Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada bulan Maret 2007 angka resmi jumlah
masyarakat miskin adalah 39,1 juta orang dengan kisaran konsumsi kalori 2100
kilo kalori (kkal) atau garis kemiskinan ketika pendapatan kurang dari Rp
152.847 per-kapita per bulan.
5.
Tantangan Kemiskinan di Indonesia
Masalah
kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya tingkat
Sumber Daya Manusia (SDM).dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan masyarakat
Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana yang
ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia pada
tahun 2002 sebesar 0,692.yang masih menempati peringkat lebih rendah dari
Malaysia dan Thailand di antara negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks
Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama sebesar 0,178. masih
lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di
Indonesia masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.
Tantangan
lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi penduduk miskin di
pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas (National
Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 % penduduk Indonesia
termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.
Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan adalah kemiskinan di alami oleh
kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peranan
wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta masih
rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related Development Indeks, GDI) dan
angka Indeks pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan
selanjutnya adalah otonomi daerah.di mana hal ini mempunyai peran yang sangat
signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat dari kemiskinan.
Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah dalam
penanggulangan kemiskinan.maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang relatif
singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala
nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan
tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan
sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang
kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.
6.
Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan
Upaya
penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan pembangunan
nasional.Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi kementrian,
lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai
wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan (SPNK) telah
disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders
pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota
telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPKD) dan menyusun
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar arus utama
penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan sosial dalam
mengatasi kemiskinan.
Adapun
langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai berikut:
a) Mengurangi
kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air
bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih. (ii)
pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal. (iii)
redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan rendah
dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .
b) Perluasan
kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan untuk
modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan
revitalisasi industri.
c) Khusus
untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan antara
lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk
tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii) jaminan pemeliharaan kesehatan
gratis bagi penduduk miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas tiga.
C. LINGKUNGAN
1.
Definisi
Lingkungan
Lingkungan
adalah semua keadaan manusia
benda makhluk dan kejadian di sekelilingnya
yang mempengaruhi kehidupan mereka kamus bahasa Inggris Cobuid English
language
Dictionary).
Sedangkan menurut keer, 17) lingkungan
dapat didefinisikan meliputi dua bagian yang pertama, kondisi-kondisi fisik
seperti udara, air, daratan, lautan,
tumbuh-tumbuhan, binatang yang memberikan efek/dampak pertumbuhan dan
perkembangan dari sebuah individu atau sebuah komunitas, dan yang kedua aspek
sosial
dan budaya seperti etika, ekonomi, estetika yang memberian efe/dampa kepada
sifat behavior) sebuah individu atau omunitas.
1.
Perkembangan penduduk
di daerah perkotaan cenderung
meningkat yang menyebabkan kebutuhan lahan
untuk pemukiman, fasilitas
infrastruktur, kawasan-kawasan fungsional
perkotaan juga meningkat.
2.
Perkembangan penduduk juga
mengakibatkan terjadinya peningatan esploitasi
sumber daya alam
secara besar-besaran di wilayah
desa.
3.
Motivasi dan pertimbangan para penanam
modal
untuk pengembangan usahanya d daerah perkotaan cenderung meningkat.
4.
Belum
mapan atau bahan belum
adanya kebijakan tanah perkotaan yang efektif serta peningkatan potensi
investasi di berbagai sektor terutama produksi dan konsumsi semakin memperkuat
dan menyulitkan
pengendalian
pembangunan kota yang terarah, serasi seimbang dan berelanjutan
sustainable).
5.
Dampak nyata ketidak-aturan penggunaan
tata guna lahan
perkotaan adalah
kecenderungan peningkatan potensi banjir dan pendangkaan sedimen pada system
sungai hampir di seluruh
kota-kota besar baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya.
Llingungan
kumuh adalah
kawasan
yang sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota
besar, oleh penduduk miskin yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap
diokupasi untuk dijadikan tempat tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir
rel kereta api, tanah-tanah kosong di sekitar pabrik atau pusat kota, dan di
bawah jembatan.
Beberapa penyebab munculnya
pemukiman kumuh adalah sebagai berikut :
1. Kemiskinan
2. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah,
3. Sulit mencari pekerjaan,
4. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
5. Rendahnya disiplin warga pada peraturan,
6. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.
Bila dilihat dari peningkatan jumlah penduduk, sejumlah kota-kota di
Indonesia berpotensi tumbuh menjadi kota
besar karena pertumbuhan fisikkota ini tidak diimbangi dengan peningkatan
sosio ekonomi dan budaya, maka kota-kota ini
masuk dalam kategori semi urban masalah terberat dalam pengelolaan pemukiman adalah mengatasi ketimpangan penggunaan ruang dan penguasaan sumberdaya, baik sebagai dampak dari pembangunan ruang dan kemampuan sektor swasta besar mengatasi peluang ke depan.
1
kemampuan
untuk menyerasikan, memadukan, dan memanfaatkan
potensi dan kepentingan setor
swasta dengan kepentingan ruang
masyaraat berpendapatan rendah, dengan kepentingan
ekoogis.
2
kemampuan
untuk menyetarakan permukiman dari berbagai kondisi
dan percepatan pertumbuhan.
Untuk mewujudkan
program di atas maka dibutuhan
sarana peaksanaan, yaitu:
1
aspek pendanaan peningkatan peran pemerintah kota disertai dengan pelunasan sumber-sumber pendapatan asli daerah, dimana penggalian atau perluasan pembiayaan dari masyarakat berdasarkan kebiasaan
yang berlaku bentuk
pembiayaan dari masyarakat dikembangkan untuk
pemanfaatan langsung kegiatan pemeliharaan lingungan juga pembiayaan yang berasal dari kalangan masyarakat maupun setor swasta perlu dikembangkan dan
didorong.
2
pengembangan
sumber daya manusia pengembangan tidak
hanya terbatas pada pelatihan tetapi juga pengembangan
organisasi dan proses komuniasi
meningkatkan kemampuan teknis
dan manajerial individu dan lembaga di tingkat kecamatan kelurahan atau desa menempatkan dan meningatkan system pemantauan serta evaluasi pengelolaan permukiman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah dasar pengentasan pengangguran dan kemiskinan
serta maalah lingkungan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan.Pengangguran
dan Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa
semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun
akan semakin banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban
dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial
ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat. Ketika
terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah, nonpemerintah dan semua
lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini, tidak perlu sampai 2030
kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.
B.
Saran
Dalam menghadapi pengangguran dankemiskinan di
zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan
eksploratif.Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam
menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan
kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang
standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri Sofyan. 1997. Matematika
Ekonomi. Jakarta. Penerbit Rajawali Pers.
Baridwan, Zaki. 1984. Intermediate
Accounting. Yogyakarta: BPEE
Budiono, Dr. 2022. Ekonomi Makro.
Yogyakarta: BPEE
Chotib, Dzazuli, Suharmo. Tri, Abubakar,
Catio.2007. Ekonomi. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Nugroho,
Gunarso Dwi.2006. Modul Globalisasi. Banyumas. CV. Cahaya
Pustaka
Santoso
Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Unsoed : Purwokerto.
Santoso,
Djoko. 2007. Wawasan Kebangsaan. Yogyakarta. The Indonesian Army
Press
Riyadi,
Slamet dkk. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas. CV.
Cahaya Pustaka
Sadono Sukirno, 2004, Makro ekonomi Teori
Pengantar, Rajawali Press, Jakarta
Simanjuntak, Payaman, J. 2001. Ekonomi Sumber Daya
Manusia. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.
Simanjuntak, Payaman, J. 2002. Undang-Undang yang Baru
tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh. Kantor Perburuhan Internasional:
Jakarta
Internet :
http://niluhputunitaa.blogspot.com/2012/11/kemiskinan-dan-pemukiman-kumuh-di.html diakses pada tanggal
21 Oktober 2014
Dr
Ir Robert dan Ir Sugiyanto BANJIR beberapa penyebab dan metode pengendaiannya
daam perspektiflingungan 2002 IAPI
Jogyaartadiakses pada tanggal 21 Oktober 2014
Komentar
Posting Komentar