TEHNIK PENGUMPULAN DATA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dunia pendidikan dalam perkembangannya
semakin mengalami kemajuan seiring dengan semakin berkembangnya peraaban
manusia. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang besar pagi para pendidik dan
peneliti agar mampu menciptakan karya inovasi yang bermanfaat bagi perkembangan
pendidikan di Negara yang beradab ini. Penelitian menjadi hal yang sangat
penting bagi terciptanya inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia
yang sedang berusaha memperbaiki kurikulum dan sistemnya agar semakin baik dan
mampu diterima seluruh lapisan masyarakat.
Dengan berkembangnya penelitian tentunya
ragam menelitiannya pun ikut berkembang seperti yang kita ketahui ada ragam
menelitian kualitatif dan ragam penelitian kuntitatif. Seperti yang kita
ketahui ragam penelitian ada banyak sekali dan dapat ditinjau dari beberapa
aspek, seperti dalam tugas minggu lalu kelompok kami telah mendeskripsikan dua
jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Ketika penelitian
kualitatif sedang diperkenalkan kira-kira tahun 1990, pandangan mata peneliti
khususnya peneliti muda memincing kearah itu (Suharsimi Arikunto. 2006: 11).
Penelitian kualitatif relatif lebih baru atau muda dibandingkan dengan
penelitian kuantitatif. Hal diatas tidak lepas dari teknik pengumpulan datanya.
Seperti tugas minggu lalu, dalam makalah
ini kelompok kami akan membahas tentang teknik pengumpulan data, baik dalam
penelitian kualitatif maupun penelitian
kuantitatif yang akan kami sajikan dengan beberapa contoh konkrit yang ada di
lapangan. Menurut Suharsimi Arikunto. 2006: 222 semakin kurangnya pengalaman
pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, semakin
condong (bias) data yang terkumpul. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun
tampaknya hanya pengumpul data, bukan pemimpin peneliti atau sekretaris yang
kelihatan mempunyai jabatan yang cukup penting dan mentereng, harus mempunyai
keahlian yang cukup untuk melakukannya.
Hal diatas menjadi sangat penting khususnya
bagi akademisi yang sedang menempuh studi S2 agar memiliki keahlian yang cukup
dalam pengumpulan data yang tentunya sangat berguna dalam proses pembuatan
tesis yang menjadi salah satu prasyarat kelulusan studi magister. Oleh karena
itu dalam makalah kali ini kelompok kami akan membahas tentang teknik
pengumpulan data yang ada dalam penelitian baik penelitian kuantitatif maupun
penelitian kualitatif.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah teknik pengumpulan data
dengan Observasi?
2.
Bagaimanakah teknik pengumpulan data dengan
Sampling?
3.
Bagaimanakah teknik pengumpulan data
dengan Angket?
4.
Bagaimanakah teknik pengumpulan data
dengan wawancara?
5.
Bagaimanakah teknik pengumpulan data
dengan dokumentasi?
C.
Tujuan
6.
Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik
pengumpulan data dengan Observasi
1.
Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik
pengumpulan data dengan sampling
2.
Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik
pengumpulan data dengan angket
3.
Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara
4.
Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik
pengumpulan data dengan dokumentasi
BAB
II
PEMBAHASAN
Tehnik Pengumpulan Data berupa suatu pernyataan
(statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002 : 110).
Instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan methode
pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya
angket ,perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan
sebaginya.
Dalam suatu penelitian yang sering
digunakan oleh peneliti, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif, Tehnik
Pengumpulan Data yang di gunakan antara lain:
A. Observasi
Pengamatan atau yang lebih dikenal dengan observasi. Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian (Nawawi, 1995:
100). Sedangkan dalam buku lain yaitu Lexy J. Moleong ada alasan
pemanfaatan pengamatan atau obeservasi diantaranya adalah untuk membantu
peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Alasan secara metodologis
bagi penggunaan pengamatan atau observasi adalah: pengamatan mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, keparcayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
kebiasaan dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia
sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian.
Ø Macam- macam pengamatan dan derajat peranan pengamatan
Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui
cara berperanserta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa
peranserta pengamat hanya menjalankan satu fungsi saja yaitu mengadakan
pengamatan. Sedangkan pada pengamatan partisipan pengamat melakukan dua fungsi
yaitu sebagai pengamat dan sekaligus sebagai anggota resmi dari kelompok yang
diamatinya. Ada juga klasifikasi lain yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan
tertutup. Perbedaannya adalah apabila pengamatan terbuka adalah pengamatan yang
diketahui oleh subjek penelitian sedangkan pengamatan tertutup sebaliknya. Klasifikasi
lain adalah pengamatan dengan latar belakang alamiah dan buatan atau sama
dengan pengamatan tersrtuktur atau tidak terstruktur. Pengamatan yang alamiah
biasa digunakan dalam penelitian kualitatif sedangkan pengamatan buatan biasa
digunakan dalam penelitian eksperimen yang masuk pada ranah penelitian
kuantitatif.
Derajat peranan pengamat:
1.
Berperanserta
secara lengkap
2.
Pemeranserta
sebagai pengamat
3.
Pengamat
sebagai pemeranserta
4.
Pengamat
penuh
Ø Cara-cara pengamatan
Melihat kelemahan dan kemampuan rata- rata peneliti,
melakukan pengamatan tidak dapat berdiri sendiri artinya tidak dapat dilakukan
tanpa pencatatan datanya, beberapa petunjuk yang diberikan oleh guba dan
Lincoln (1981: 203-306) dalam buku Lexy J Moleong (2012:181-182) diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Buatlah
catatan lapangan
2.
Buku
harian pengalaman lapangan
3.
Catatan
tentang satuan-satuan tematis
4.
Catatan
kronologis
5.
Peta
Konsteks
6.
Taksonomi
dan sistem kategori
7.
Jadwal
8.
Sosiometrik
9.
Panel
10.
Balikan melalui
kuesioner
11.
Balikan
melalui pengamatan lainnya
12.
Daftar
Cek
13.
Alat
elektronika yang disembunyikan
14.
Alat
yang dinamakan topeng steno
Ø Kelemahan pengamatan
Dari segi teknik pelaksanaan, kelemahan pengamatan
terletak pada beberarapa hal. Pertama, pengamat terbatas dalam mengamati karena
kedudukannya dalam kelompok, hubungannya dengan anggota, dan yang semacamnya.
Kedua, pengamatan yang berperanserta sering sukar memisahkan diri walaupun
hanya sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatannya. Ketiga, hasil
pengamatan beruba sejumlah besar data sering sukar dan sangat memakan waktu
untuk menganalisisnya. Di samping itu, dalam situasi pengamatan berperanserta,
pengamat cenderung melakukan pengamatan tidak sitematis.
Ø Contoh-contoh Observasi dalam PTK dan lembar observasi
o
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada
saat proses belajar mengajar. Pada
tahap ini hal yang penting yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan kelas dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi pelaksanaan
pembelajaran dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan guru lain sebagai guru
observer. Guru observer bertugas melakukan pengamatan dan penilaian, terhadap
peningkatan kemampuan siswa dalam membaca memindai untuk mencari kata-kata sukar
dalam bacaan dengan menggunakan kamus. Hasil pengamatan dimasukkan dalam lembar
observasi sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran
selanjutnya.
a.
Tindakan
Pertemuan I
·
Guru memotivasi siswa dengan memberikan bacaan
agak panjang;
·
Guru membagi siswa kedalam beberapa
kelompok,tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 anak;
·
Guru menerangkan cara-cara mencari
kata-kata sulit dengan menggunakan kamus untuk kata-kata berimbuhan;
·
Siswa diminta mengidentifikasi
kata-kata sulit dalam bacaan yang telah dibaca sesuai kelompok yang telah
dibagi;
·
Setelah
selesai mengerjakan, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan.
·
Pertemuan II
·
Guru memberi motivasi
dengan membacakan teks bacaan agak panjang;
·
Beberapa siswa diminta membaca teks
bacaan agak panjang secara bergantian;
·
Guru menerangkan cara-cara mencari
kata-kata sulit dengan menggunakan kamus untuk kata-kata berimbuhan;
·
Siswa diminta mengidentifikasi
kata-kata sulit dalam bacaan yang telah dibaca secara individu;
·
Setelah
selesai mengerjakan, masing-masing siswa mempresentasikan hasil pekerjaan.
Untuk
pengamatan/observasi dilakukan saat PBM berlangsung dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia materi membaca memindai untuk menemukan makna dan informasi
secara tepat dalam bacaan dengan menggunakan kamus
b.
Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses belajar
mengajar. Pada tahap ini hal yang penting yaitu
melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Observasi
pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai guru observer.
CONTOH LEMBAR
OBSERVASI AKTIVITAS GURU DI KELAS
Nama Mahasiswa :
NIM :
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : IV / 1
Hari, Tanggal :
Fokus
Observasi : Pemanfaatan kamus
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menemukan
makna dan informasi yang tepat dalam bacaan.
No
|
Aspek yang diobservasi
|
Kemunculan
|
Komentar
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1.
|
Kesiapan
ruang,alat dan media pembelajaran
|
|
|
|
2.
|
Melakukan
kegiatan apersepsi
|
|
|
|
3.
|
Memotivasi
siswa
|
|
|
|
4.
|
Menunjukkan
penguasaan materi
|
|
|
|
5.
|
Menggunakan
media efektif dan efisien
|
|
|
|
6.
|
Melibatkan
siswa dalam pemanfaatan media
|
|
|
|
7.
|
Melibatkan
siswa kedalam KBM
|
|
|
|
8.
|
Mengajukan
pertanyaan kepada siswa
|
|
|
|
9.
|
Menguasai
kelas
|
|
|
|
10.
|
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan
|
|
|
|
11.
|
Menghasilakan
pesan yang menarik
|
|
|
|
12.
|
Menumbuhkan
partisipasiaktif siswa dalam pembelajaran
|
|
|
|
13.
|
Memfasilitasi
terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar
|
|
|
|
14.
|
Menumbuhkan
keceriaan dan antusisme dalam belajar
|
|
|
|
15.
|
Memantau
kemajuan belajar
|
|
|
|
16.
|
Melakukan
penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)
|
|
|
|
17.
|
Menggunakan
bahasa lisan secara jelas dan lancer
|
|
|
|
18.
|
Menggunakan
bahasa tulis yang baik dan benar
|
|
|
|
19.
|
Melakukan
refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa
|
|
|
|
20.
|
Menyusun
rangkuman dengan melibatkan siswa
|
|
|
|
21.
|
Melaksanakan
tindak lanjut
|
|
|
|
LEMBAR
OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DI KELAS
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas /
Semester : IV / 1
Hari,
Tanggal :
Fokus
Observasi : Pemanfaatan kamus
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia tentang menemukan makna dan informasi yang
tepat dalam bacaan.
No
|
Aspek yang diobservasi
|
Kemunculan
|
Komentar
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1.
|
Siswa
menempati tempat duduknya masing-masing
|
|
|
|
2.
|
Kesiapan
menerima pembelajaran
|
|
|
|
3.
|
Mampu
menjelaskan kembali isi materi terdahulu
|
|
|
|
4.
|
Memperhatikan
dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran
|
|
|
|
5.
|
Aktif
bertanya saat proses penjelasan materi
|
|
|
|
6.
|
Adanya
interaksi positif diantara siswa
|
|
|
|
7.
|
Siswa
memiliki pemahaman yang sama tetang materi pelajaran yang dijelaskan
|
|
|
|
8.
|
Siswa
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
|
|
|
|
9.
|
Siswa
memberikanpendapatnya ketika diberi kesempatan
|
|
|
|
10.
|
Aktif
mencatat berbagai penjelasan yang diberikan
|
|
|
|
11.
|
Siswa
termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
|
|
|
|
12.
|
Siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran dengan santai dan tidak penuh tekanan
|
|
|
|
13.
|
Siswa
merasa senang ketika berbagai strategi pembelajaran dilakukan dalam
pembelajaran
|
|
|
|
14.
|
Adanya
interaksi positif saat media pembelajaran disajikan
|
|
|
|
15.
|
Ketertarikan
siswa terhadap materi yang disajikan meningkat saat media pembelajaran
disajikan
|
|
|
|
16.
|
Siswa
semakin jelas dan konkrit saat penjelasan materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
|
|
|
|
17.
|
Mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan guru denagn benar
|
|
|
|
18.
|
Penjelasan
dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa
|
|
|
|
19.
|
Siswa
tidak menemui kesulitan dalam pemahaman ketika dijelaskan materi pelajaran
|
|
|
|
20.
|
Siswa
secara aktif memberi rangkuman
|
|
|
|
B. Sampling
1.
Pengertian
a.
Teknik sampling adalah merupakan teknik
pengambilan sampel ( Sugiyono 2014:217).
b.
Prof. Sutrisno Hadi,MA, (Clolid
Narbuko&Abu Achmadi, 2005:107) menjelaskan bahwa sampel atau contoh
(monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu
penelitian. Supaya lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti istilah subyek
dan atau obyek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau
representative artinya menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populsi
secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikasi dari
populasi.
c. Sampel
sering disebut juga “contoh” yaitu himpunan bagian (subset) dari suatu
populasi. Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar
tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu
populasi disebut penarikan sampel atau sampling. Populasi yang ditarik
sampelnya pada waktu merencanakan suatu penelitian disebut target population,
sedangkan populasi yang diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut
sampling population. Daftar nama satuan analisis pada sampling population ini
disebut dengan sample frame. Target
population dan sampling populatin dapat
berbeda sebagai konsekuensi dari perbedaan waktu antara perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Dalam jarak waktu tersebut populasinya bisa berubah, bertambah
atau berkurang karena berbagai sebab. Oleh karena itu jarak waktu antara
perencanaan dan pelaksanaan jangan terlalu lama. Masalah dihadapi dalam penarikan
sampel adalah cara penarikan sampel atau ukuran besar sampel. Hal ini sangat
tergantung pada sifat populasi, terutama pada ketersebaran anggota dalam
wilayah penelitian atau dalam kategori-kategori tertentu. Atau dengan kata lain
tergantung pada variasi populasi. Oleh karena itu, sebelum sampel ditentukan,
perlu digambarkan terlebih dahulu karakteristik populasi yang ditelirti, terutama
untuk mengetahui sejauhmana keragaman atau variasi diantara satuan-satuan
analisis dalam populasi yang bersangkutan. ( W. GULO,2003:78-79)
d. Keunikan
sampel yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif adalah sampel kecil,
tidak representative, purposive (snowball), dan berkembang selama prosese
penelitian. Selaras dengan hal tersebut Nasution (1992:11) mengungkapkan bahwa
metode kualitatif tidak menggunakan random sampling atau acak dan tidak
menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampelnya biasanya sedikit dan
dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Penelitian ini sering berupa studi
kasus atau multi-kasus.
e.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki cirri-ciri
atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Atau sampel dapat didefinisikan
sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu
sehinggaa diharapkan dapat mewakili populasi. Dalam penelitian kuantitatif,
sampel merupakan sebuah isu yang sangat krusial yang dapat menentukan keabsahan
hasil penelitian. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu menggunakan sampel,
diantaranya :
1.
Memudahkan peneliti untuk meneliti
jumlah sampel yang lebih sedikit
dibandingkan dengan menggunakan populasinya terlalu besar dikwatirkan
akan terlewati;
2.
Penelitian dapat dilaksanakan lebih
efisien ( dari segi waktu, biaya dan tenaga ).
3.
Lebih teliti dan cermat dalam proses pengumpulan data;
4.
Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif yang
menggunakan spesemen akan hemat dan dapat dijangkau tanpa merusak semua bahan
yang ada serta dapat digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak.
( Nanang Martono, 2012 : 74-75)
Kemudian, kapan kita menggunakan
sampel? Kita dapat menggunakan sampel manakala kita menemukan hal-hal atau
kondisi sebagai berikut:
1.
Apabila kita tidak mungkin mengamati
seluruh anggota populasi, mungkin disebabkan jumlah anggota populasi sangat
banyak;
2.
Pengamatan terhadap seluruh anggota
populasi dapat bersifat merusak;
3.
Menghemat waktu, biaya dan tenaga;
4.
Mampu memberikan informasi yang lebih
menyeluruh dann mendalam (komprehensip) (sugiarto,2003).
Ada dua jenis teknik penarikan sampel,
yaitu Probability Sampling dan Nonprobalility Sampling.
Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random,
disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling
meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive
sampling, sampling jenuh, dan snowball samping.
1. Probability Sampling
Probability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random, sampling area ( cluster) sampling
(sampling menurut daerah).
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,kuota,
aksidental, purposive, jenuh, snowball.
Dalam penelitian kualitatif, teknik
sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball
sampling. Seperti telah dikemukakan
bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi social
yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data,
yang pada awal jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan
data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai
sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar,
seperti bola salju yang mengelinding, lama-lama menjadi besar.
Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan
bahwa “Natulalistik sampling is, then,very different from conventional
sampling. It is based on informational, not statistical, considerations. Its
purpose is to maximize information, not to facilitate generalization.” Penemuan
sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik ) sangat berbeda dengan
penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel
dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistic. Sampel yang
dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk
digeneralisasikan.
Oleh
karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian naturalistic
spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel
purposive, yaitu 1) Emergent sampling design/sementara 2) Serial selection of
sample units/menggelinding seperti bola salju (snowball) 3) Continuous
adjustment or `focusing`of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection
to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh ( Lincoln dan Guba, 1985 ).
Jadi,
penetuan sampel dalam penelitian
kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama
penelitian berlangsung ( emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti
memiliki orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang
diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari
sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkansampel lainnya yang
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang
disebut sebagai “serial selection of sample units” ( Lincoln dan Guba 1985),
atau dalam kata-kata Bogdan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling
technique.” Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan
makin terarahnya focus penelitiaan. Prosses ini dinamakan Bodan dan Biken
(1982) sebagai “continuous adjustment of `focusing`of the sample.”
Dalam proses penentuan sampel seperti
dijelaskan diatas, berapa besar sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya.
Seperti telah dikutip di atas, dalam sampel purposive besar sampel ditentukan
oleh pertimbangan imformasi. Seperti ditegaskan oleh Lincol dan Guba (1985)
bahwa “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated
when no new information is forth-coming from newly sampled units: this
redundancy is the primary criterion.” Dalam hubungan ini S. Nasution (1988)
menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai
apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah
sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinyaa bahwa dengan
menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan
informasi baru yang berarti.
Dalam proposal penelitian kualitatif,
sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara. Namun demikian
pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan
sebagai suber data. Misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka
kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang-orang yang dianggap paling tahu
tentang gaya kemimpinan yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel sumber
data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat
digambarkan seperti gambar berikut.
Sanafiah faisal (1990) dengan mengutif pendapat spradley mengemukakan
bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi social
yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data
atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Mereka
yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga
sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2. Mereka
yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang
tengah diteliti
3. Mereka
yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi
4. Mereka
yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil”kemasannya” sendiri
5. Mereka
yang pada mulanya tergolong”cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Seperti telah dikemukakan bahwa, penambahan sampel itu dihentikan,
manakala datanya sudah jenuh. Dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan
data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar jatuh pada
subyek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (obyek), mana
merupakan keuntungan bagi peneliti,
karena itu memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat sekali.
Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah” tuntasnya”
perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya sampel
sumber data. ( Sugiyono 2014:215-221) .
2.
Karakteristik sampel yang baik
Ada beberapa criteria
yang dapat diperhatikan untuk mengetahui bagaimana kualitas sampel yang
digunakan dalam proses penelitian. Berikut ini adalah karakteristik utama dari
sampel yang baik:
1.
Sebuah sampel yang baik adalah sampel
mewakili populasi yang sesuai dengan sifat- sifatnya.
2.
Sampel yang baik adalah sampel bebas
dari bias, sampel tidak memunculkan prasangka imajinasi dari peneliti untuk
memengaruhi pilihan.
3.
Sampel yang baik adalah sampel yang
objektif, hal ini meliputi objektifitas dalam memilih prosedur atau tidak adanya unsur-unsur subjektif dari
situasi.
4.
Sampel yang baik menjaga akurasi. Sampel
sebaiknya menghasilkan perkiraan yang akurat secara statistik dan tidak
menimbulkan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
5.
Sampel yang bersifat komprehensip.
Karakter ini berhubungan erat dengan keterwakilan yang benar. Kelengkapan
merupakan kualitas sampel yang ditentukan oleh tujuan khusus penelitian. Suatu
sampel dapat komprehensif dalam sifat, tetapi mungkin tidak mewakili populasi
dengan baik.
6.
Sampel yang baik lebih ekonomis dari
tenaga, waktu dan biaya.
7.
Subjek yang menjadi sampel yang baik
mudah didekati, instrument penelitian dapat diberikan pada sampel sehingga data
dapat dikumpulkan dengan mudah.
8.
Ukuran sampel yang baik adalah
sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil yang akurat sehingga peluang
terjadinya kesalahan dapat diperkirakan.
9.
Sampe yang baik membuat penelitian
menjadi lebih layak.
10. Sampel
yang baik memikili kepraktisan untuk situasi penelitian.(Sing,2006). ( metode
penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder nanang
margono,2012:74-82, Jakarta PT.RajaGrafindo Persada
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan
kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel
didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam
memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan
penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan tidak
representative.
Sedangkan pada
pendekatan kuantitatif, jumlah sampel besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel akan
semakin mempresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan
kuantitatif membutuhkan sampel yang besar, maka stratifikasi sampel sangat
diperlukan. Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan
penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sampel
yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan
diteliti, contoh , penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai
variable bebas, variable variabel antara, dan variabel control. Hal ini
dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolon terhadap variabel
pengganggu. ( Jonathan Sarwono,2006:260 )
Tenik sampling dalam penelitian kualitatif
jelas berbeda dengan yang nonkualitatif. Pada penelitian nonkualitatif sampel
itu dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan
generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi
sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar
mewakili cirri-ciri suatu populasi. Pada paradigm alamiah, menurut Lincoln dan
Guba ( 1985:200), penelitian mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis
sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri.
Selain itu, dalam
penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontektual.
Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan
demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan
yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk
merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari
sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan
teori yang muncul. Oleh sebab iu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel
acak, tetapi sampel bertujuan(purposive sample).
Sampel
bertujuan
dapat
diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1.
Rancangan sampel yang muncul ; sampel tidak dapat ditentukan
atau ditarik terlebih dahulu.
2.
Pemilihan sampel secara berurutan:
tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila
pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan
dianalisa. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi
yang telah dsiperoleh terlebih dahulu sehingga dapat di pertentangkan atau di
isi adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dari mana atau dari siapa ia
mulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka
pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Teknik sampling
bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari satu menjadi makin lama
makin banyak.
3.
Penyesuaian berkelanjutan dari sampel:
pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudahmakin banyak
informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternya bahwa
sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
4.
Pemilihan berakhir jika sudah terjadi
pengulangan; pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas
informasi, dan jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka
penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Jadi kuncinya di sini ialah jika
sudah mulai terjaadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus
dihent, (Lexy J.Moleong 2006:223-225).
C. Angket (Quesioner)
Kuesioner disebut pula sebagai angket
atau self administrated questioner
adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan
kepada responden untuk diisi (Sukandarrumidi, 2006:78). Lalu menurut Cholid
Narbuko dan Abu Achmadi pada bukunya yang berjudul “metodologi penelitian” menyatakan bahwa metode kuesioner adalah
suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau
bidang yang akan diteliti. Adapun tujuan dari metode kuesioner adalah untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan untuk memperoleh
informasi suatu masalah secera serentak.
Macam-macam angket/kuesioner, menurut
prosedurnya: 1.) angket langsung yaitu angket yang dikirimkan kepada dan
dijawab oleh responden. 2.) Angket tidak langsung yaitu angket yang dikirim
kepada seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2013:77). Lalu menurut jenis penyusunan
pertanyaannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.
Pertanyaan terbuka
Adalah suatu kuesioner dimana
pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihannya
sehingga responden dapat mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan pandangan
sepengetahuannya.
A.
Kelebihan pertanyaan terbuka:
·
Menyusun pertanyaan sangat mudah
·
Memberikan kebebasan kepada responden
unutk menjawab dan mencurahkan isi hati dan pemikirannya.
B.
Kerugian pertanyaan terbuka:
·
Untuk meneliti sangat sulit mengolah dan
mengelompokkan jawaban karena sangat bervariasinya jawaban yang diberikan oleh
responden.
·
Pengolahan jawaban memakan waktu lama,
satu dan lain hal peneliti harus membaca satu persatu.
·
Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa
bosan karena tulisannya sulit dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan
oleh responden.
·
Rasa malas akan timbul pada responden
yang tidak mempunyai banyak waktu luang untuk menjawab ((Sukandarrumidi,
2006:79).
2.
Pertanyaan tertutup
Adalah suatu kuesioner dimana
pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan sudah disediakan beberapa opsi jawaban,
sehingga responden tinggal memilih dari beberapa opsi jawaban yang sudah
disediakan.
A.
Kelebihan petanyaan tertutup:
·
Unutk peneliti, mudah mengolah jawaban
yang masuk
·
Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan
dalam pengelompokkan jawaban menjadi singkat karena dapat memanfaatkan bantuan
enumerator
·
Untuk responden, mudah memilih jawaban
·
Untuk responden, dalam mengisi jawaban
memerlukan waktu singkat.
B.
Kekurangan pertanyaan tertutup:
·
Untuk peneliti, dalam menyusunpertanyaan
perlu hati-hati agar tidak ditafsirkan lain (berarti ganda)
·
Untuk responden, kebebasan menjawab
merasa dibatasi (Sukandarrumidi, 2006:80).
Dalam penyusunan kuesioner atau angket
perlu memeperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah:
1.
Persiapan
Sebelum materi yang
berupa pertanyaan-pertanyaan disusun, terlebih dahulu harus disusun kerangka
materiyang berisi tentang aspek-aspek apa saja yang akan diteliti.
2.
Penyusunan materi
Materi angket yang berupa item-item
pernyataan harus dirumuskan dengan memperhatikan isi pertanyaan yang termuat
dalam petunjuk angket, perumusan pertanyaan, susunan pertanyaan, bentuk
pertanyaan, dan penyebaran angket atau kuesioner.
Dalam penyusunan kuesioner atau
angket tidak boleh terlalu panjang
karena dikhawatirkan dapat membuat bosan responden. Namun secermat dan seteliti
apapun peneliti untuk dapat mengungkap jawaban yang sebenarnya pada responden,
senantiasa terdapat risiko bahwa kuesioner itu mengandung kelemahan yang
kemudian akan mengurangi nilai ilmiah dari seluruh proyek penelitian.maka dari
itusuatu kuesioner agar dapat benar-benar digunakan pada penelitian maka ada
langkah-langkah yang perlu diperhatikan, yaitu dengan mengadakan suatu diskusi
dengan sarjana lain atau pejabat yang kompeten dan juga perlu mengadakan
percobaan (Try Out) dengan
menggunakan kuesioner tadi, sehingga mengetahui sebaran data nya normal atau
tidak.
D. Wawancara
1.
Pengertian Wawancara
Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga
apabila peneliti ingin mengaetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri
atau self-report, atau setidaknya
pada pengetahuan dan keyakinan pribadi (sugiyono 2011 : 316)
Selain
itu menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2013 : 82), wanwacara
merupakan peoses tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsungsecra lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secra lansung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Wawancara
menurut sukandarrumidi (2006 : 78) wawancara disebut pula sebagai angket atau self administrated questioner adalah
teknik pengumpulan data dengan cara
mengirimkan suatu daftar
pertanyaan kepada reponden untuk diisi. Di dalam teknik pengumpulan data ini
terdapat asumsi sebagai berikut :
a.
Subjek dalam hal ini responden (orang yang
menerima daftar pertanyaan untuk diisi) adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sendiri
b.
Apa yang dinyatakan oleh subjek adalah
benar dan dapay dipercaya
c.
Interpretasi subjek tentang pertayaan
yang diajukan sama dengan yang dimaksudkan oleh penyelidik
d.
Subjek menguasai dan mampu menjawab
sendiri masalah yang ditanyakan.
2.
Macam-macam wawancara
Dalam
bukunya yang berjudul metode penelitian kombinasi, Sugiono (2011 : 318)
membagai wawancara dalam beberapa kategori, berikut beberapa kategori wawancara
yang dapat digunakan dalam teknik pengiumpulan data :
a.
Wawancara terstruktur (structured Interview)
Wawancara terstruktur
memeliki pertanyaan yang sama, dengan arti semua responden menerima pertanyaan
yang sama persis dari pihak peneliti. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewancara sebagai pengumpul data.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrument sebagai pedoman
untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti
tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara menjadi lancer.
b.
Wawancara semi terstruktur (semistructured interview)
Jenis
wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, dimana dalam pelaksaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara leih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
c.
Wawancara Tak
Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak
terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara namun, menggunakan pedoman berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak tersturtur atau terbuka,
sering digunkan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang subjek yang akan diteliti. Pada penelitian pendahuluan,
peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau
permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti
permasalahan atau variable apap yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran
permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada
pihak-pihak yang mewakili berbagai tidakan yang ada dalam objek.
3.
Langkah-langkah wawancara
Sugiyono
(2013 : 320) menjelaskan ada beberpa langkah dalam penggunaan wawancara untuk
mengumpulkan data dalam penelitian
a.
Menetapkan kepada siapa wawancara
tersebut berlaku
b.
Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan
menjadi bahan pembicaraan
c.
Mengawali atau membuka alur wawancara
d.
Melangsungkan alur wawancara
e.
Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil
wawancara dan mengakhirinya
f.
Menulis hasil wawancra kedalam catatan
lapangan
g.
Mengidentifikasi tindak lanjut hasil
wawancara ynag telah diperoleh.
4.
Jenis-jenis Pertanyaan dalam wawancara
Ada beberpa jenis
pertanyaan dalam wawancara berikut jenisnya :
a.
Pertanyaan yang berkaitan dengan
pengalaman
b.
Pertanyaan yang berkaitan dengan
pendapat
c.
Pertanyaan yang berkaitan dengan
perasaan
d.
Pertanyaan tentang pengetahuan
E. Dokumentasi
Metode Dokumentasi
ini dipergunakan untuk mengumpulkan data-data catatan-catatan tertulis atau
dokumentasi lembaga yang ada, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh:
·
Dokumentasi
berasal dari kata “Dokumen” yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis buku notulen,cacatan harian, arsip dan sebagainya. (Arikunto, 2006:231).
·
Dalam
buku metode penelitian dijelaskan bahwa
“Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengumpulkan
segala macam dokumen serta mengadakan pencacatan yang sitematis” (Sugiyono, 2002:77).
·
dokumentasi
adalah suatu cara untuk mencari data atau hal-hal yang berupa cacatan transkrip.
(Arikunto, 2006:197).
·
Menurut irawan (2000: 70) dalam
Sukandarrumidi, studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang
ditujukan kepada subyek penelitian.
Dokumen
yang diketik dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dibedakan
menjadi:
·
Dokumentasi primer: Bila dokumen itu
ditulis oleh pelakunya sendiri.
Contoh: Otibiolografi
·
Dokumen sekunder: seseorang bila
peristiwa yang dialami disampaikan pada orang lain dan orang ini yang kemudian
menuliskannya.
Contoh: Biografi
Dokumentasi dapat berupa catatan
pribadi, surat pribadi buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan
kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya.perlu dicatat
bahwa dokumen tertulis tidak untuk tujuan penelitian, oleh sebab itu
penggunaannya sangat selektif.
Kelemahan
dan kelebihan dokumentasi sebagai sumber data.
·
Kelemahan
1.
format tidak baku, sesuai dengan
keinginan penulis sehingga dapat mempersulit pengumpulan data, pengelompokan
data.
2.
Tidak lengkap, pola dasar memang tidak
untuk bahan penelitian sehingga apa yang ditulis mungkin tidak lengkap
3.
Tersedia secara selektif, dokumen orang
penting mungkin dapat diperoleh dan dapat dibaca, untuk orang biasa dapat tidak
ada dokumen sama sekali.
4.
Bias, dokumen dapat ditulis secara
berlebihan kadang-kadang tanpa fakta sehingga apabila dipakai sebagai acuan
utama kurang mengena.
·
Kelebihan
1.
Untuk subyek manusia yang sulit
dihubungi, dokumen yang ada akan mempermudah, lebih-lebih apabila yang bersangkutan
telah meninggal.
2.
Statis, tidak akan terpengeruh faktor
luar
3.
Dalam hal peristiwa telah terjadi pada
masa lalu maka studi dokumentasi akan sangat membantu dalam pengumpulan data.
4.
Dokumen peristiwa penting akan tresimpan
disatu tempat sehingga sebagai bahan penelitian akan dapat menekan biaya.
Teknik pengumpulan data yang terpilih
sangat ditentukan oleh masalah, waktu tenaga dan biaya yang tersedia. Dalam
memilih teknik pengumpulan data seyogyanya berpegangan pada efisisensi
optimalisasi.
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa metode dokumentasi ialah metode yang mengumpulkan data yang dilakukan
dengan cara mentransfer data yang tersedia dalam dokumen ke dalam daftar isian yang telah
disediakan. Dengan demikian dalam penelitian ini metode
dokumentasi dipergunakan untuk mendapatkan data, serta mengumpulkan data-data
tertulis.
BAB
III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data
yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat,
sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Kegiatan
pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan
instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara
sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang
dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi
atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam
prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan
penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian
pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses
pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif.
Pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai
cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah
(natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan
berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau
dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan, observasi, kuesioner (angket), samplinh, wawancara (interview) dan Dokumentasi.
B. Saran
Hendaknya para peneliti memperhatikan cara-cara mereka dalam mengambil metode yang akan digunakan dalam
penelitian mereka karena pemilihan metode yang tepat dalam penelitian akan
menentukan hasil dari penelitian tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Cholid
Narbuko & Abu Achmadi. 2013. Metodologi
Penelitian. PT bumi Aksara: Jakarta Gulo,
W, 2003. Metodologi Penelitian.
Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hadari, Nawawi. 2002. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Lexy. J, Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Moleong,
Lexy J. 2006. metodologi penelitian
kualitatif. Bandung PT Remaja RosdakaryaNarbuko Cholid &
Achmadi H. Abu 2005. metodologi
penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara
Prastowo Andi,
2012. Metode Penelitian
Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian Penelitian Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Sugiyono 2012. Metode Penelitian
Kualitatif Kuantitatif dan R&D Bandung: Alfabeta.
…………,,
2014, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung
Alfabeta.
Suharsimi,
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sukandarrumidi
(2002:100-101). Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres
……………….. 2006. Metodologi Penelitian. Gadjah Mada
University: Yogyakarta.
Ilmu.
Komentar
Posting Komentar