TEHNIK PENGUMPULAN DATA



BAB I
PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan dalam perkembangannya semakin mengalami kemajuan seiring dengan semakin berkembangnya peraaban manusia. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang besar pagi para pendidik dan peneliti agar mampu menciptakan karya inovasi yang bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di Negara yang beradab ini. Penelitian menjadi hal yang sangat penting bagi terciptanya inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan di Indonesia yang sedang berusaha memperbaiki kurikulum dan sistemnya agar semakin baik dan mampu diterima seluruh lapisan masyarakat.
Dengan berkembangnya penelitian tentunya ragam menelitiannya pun ikut berkembang seperti yang kita ketahui ada ragam menelitian kualitatif dan ragam penelitian kuntitatif. Seperti yang kita ketahui ragam penelitian ada banyak sekali dan dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti dalam tugas minggu lalu kelompok kami telah mendeskripsikan dua jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Ketika penelitian kualitatif sedang diperkenalkan kira-kira tahun 1990, pandangan mata peneliti khususnya peneliti muda memincing kearah itu (Suharsimi Arikunto. 2006: 11). Penelitian kualitatif relatif lebih baru atau muda dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Hal diatas tidak lepas dari teknik pengumpulan datanya.
Seperti tugas minggu lalu, dalam makalah ini kelompok kami akan membahas tentang teknik pengumpulan data, baik dalam penelitian kualitatif  maupun penelitian kuantitatif yang akan kami sajikan dengan beberapa contoh konkrit yang ada di lapangan. Menurut Suharsimi Arikunto. 2006: 222 semakin kurangnya pengalaman pengumpulan data, semakin mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, semakin condong (bias) data yang terkumpul. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun tampaknya hanya pengumpul data, bukan pemimpin peneliti atau sekretaris yang kelihatan mempunyai jabatan yang cukup penting dan mentereng, harus mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya.
Hal diatas menjadi sangat penting khususnya bagi akademisi yang sedang menempuh studi S2 agar memiliki keahlian yang cukup dalam pengumpulan data yang tentunya sangat berguna dalam proses pembuatan tesis yang menjadi salah satu prasyarat kelulusan studi magister. Oleh karena itu dalam makalah kali ini kelompok kami akan membahas tentang teknik pengumpulan data yang ada dalam penelitian baik penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif.
      B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah teknik pengumpulan data dengan  Observasi?
2.      Bagaimanakah teknik pengumpulan data dengan Sampling?
3.      Bagaimanakah teknik pengumpulan data dengan Angket?
4.      Bagaimanakah teknik pengumpulan data dengan wawancara?
5.      Bagaimanakah teknik pengumpulan data dengan dokumentasi?

    C.    Tujuan
6.      Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik pengumpulan data dengan Observasi
1.      Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik pengumpulan data dengan sampling
2.      Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik pengumpulan data dengan angket
3.      Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik pengumpulan data dengan wawancara
4.      Untuk menjelaskan bagaimanakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi

BAB II
PEMBAHASAN
Tehnik Pengumpulan Data berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002 : 110).
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan methode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket ,perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.
Dalam suatu penelitian yang sering digunakan oleh peneliti, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif, Tehnik Pengumpulan Data yang di gunakan antara lain:
   A.    Observasi
Pengamatan atau yang lebih dikenal dengan observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1995:  100). Sedangkan dalam buku lain yaitu Lexy J. Moleong ada alasan pemanfaatan pengamatan atau obeservasi diantaranya adalah untuk membantu peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan atau observasi adalah: pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, keparcayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian.
  Ø  Macam- macam pengamatan dan derajat peranan pengamatan
Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa peranserta pengamat hanya menjalankan satu fungsi saja yaitu mengadakan pengamatan. Sedangkan pada pengamatan partisipan pengamat melakukan dua fungsi yaitu sebagai pengamat dan sekaligus sebagai anggota resmi dari kelompok yang diamatinya. Ada juga klasifikasi lain yaitu pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Perbedaannya adalah apabila pengamatan terbuka adalah pengamatan yang diketahui oleh subjek penelitian sedangkan pengamatan tertutup sebaliknya. Klasifikasi lain adalah pengamatan dengan latar belakang alamiah dan buatan atau sama dengan pengamatan tersrtuktur atau tidak terstruktur. Pengamatan yang alamiah biasa digunakan dalam penelitian kualitatif sedangkan pengamatan buatan biasa digunakan dalam penelitian eksperimen yang masuk pada ranah penelitian kuantitatif.
Derajat peranan pengamat:
1.            Berperanserta secara lengkap
2.            Pemeranserta sebagai pengamat
3.            Pengamat sebagai pemeranserta
4.            Pengamat penuh

  Ø  Cara-cara pengamatan
Melihat kelemahan dan kemampuan rata- rata peneliti, melakukan pengamatan tidak dapat berdiri sendiri artinya tidak dapat dilakukan tanpa pencatatan datanya, beberapa petunjuk yang diberikan oleh guba dan Lincoln (1981: 203-306) dalam buku Lexy J Moleong (2012:181-182) diantaranya adalah sebagai berikut:
1.   Buatlah catatan lapangan
2.   Buku harian pengalaman lapangan
3.   Catatan tentang satuan-satuan tematis
4.   Catatan kronologis
5.   Peta Konsteks
6.   Taksonomi dan sistem kategori
7.   Jadwal
8.   Sosiometrik
9.   Panel
10.  Balikan melalui kuesioner
11.  Balikan melalui pengamatan lainnya
12.  Daftar Cek
13.  Alat elektronika yang disembunyikan
14.  Alat yang dinamakan topeng steno
  Ø  Kelemahan pengamatan
Dari segi teknik pelaksanaan, kelemahan pengamatan terletak pada beberarapa hal. Pertama, pengamat terbatas dalam mengamati karena kedudukannya dalam kelompok, hubungannya dengan anggota, dan yang semacamnya. Kedua, pengamatan yang berperanserta sering sukar memisahkan diri walaupun hanya sesaat untuk membuat catatan hasil pengamatannya. Ketiga, hasil pengamatan beruba sejumlah besar data sering sukar dan sangat memakan waktu untuk menganalisisnya. Di samping itu, dalam situasi pengamatan berperanserta, pengamat cenderung melakukan pengamatan tidak sitematis.
  Ø  Contoh-contoh Observasi dalam PTK dan lembar observasi
o   Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar. Pada tahap ini hal yang penting yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan guru lain sebagai guru observer. Guru observer bertugas melakukan pengamatan dan penilaian, terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam membaca memindai untuk mencari kata-kata sukar dalam bacaan dengan menggunakan kamus. Hasil pengamatan dimasukkan dalam lembar observasi sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
a.                   Tindakan
Pertemuan I
·         Guru memotivasi siswa dengan memberikan bacaan agak  panjang;
·         Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok,tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 anak;
·         Guru menerangkan cara-cara mencari kata-kata sulit dengan menggunakan kamus untuk kata-kata berimbuhan;
·         Siswa diminta mengidentifikasi kata-kata sulit dalam bacaan yang telah dibaca sesuai kelompok yang telah dibagi;
·         Setelah selesai mengerjakan, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan.
·          
Pertemuan II
·         Guru memberi motivasi dengan membacakan teks bacaan agak panjang;
·         Beberapa siswa diminta membaca teks bacaan agak panjang secara bergantian;
·         Guru menerangkan cara-cara mencari kata-kata sulit dengan menggunakan kamus untuk kata-kata berimbuhan;
·         Siswa diminta mengidentifikasi kata-kata sulit dalam bacaan yang telah dibaca secara individu;
·         Setelah selesai mengerjakan, masing-masing siswa mempresentasikan hasil pekerjaan.
Untuk pengamatan/observasi dilakukan saat PBM berlangsung dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca memindai untuk menemukan makna dan informasi secara tepat dalam bacaan dengan menggunakan kamus
b.      Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar. Pada tahap ini hal yang penting yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai guru observer.

CONTOH LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU DI KELAS
Nama Mahasiswa        :
NIM                            :
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester          : IV / 1
Hari, Tanggal              :
Fokus Observasi         : Pemanfaatan kamus untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata  pelajaran Bahasa Indonesia tentang menemukan makna dan informasi yang tepat dalam bacaan.
No
Aspek yang diobservasi
Kemunculan
Komentar
Ya
Tidak
1.
Kesiapan ruang,alat dan media pembelajaran



2.
Melakukan kegiatan apersepsi



3.
Memotivasi siswa



4.
Menunjukkan penguasaan materi



5.
Menggunakan media efektif dan efisien



6.
Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media



7.
Melibatkan siswa kedalam KBM



8.
Mengajukan pertanyaan kepada siswa



9.
Menguasai kelas



10.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan



11.
Menghasilakan pesan yang menarik



12.
Menumbuhkan partisipasiaktif siswa dalam pembelajaran



13.
Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar



14.
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme dalam belajar



15.
Memantau kemajuan belajar



16.
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)



17.
Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancer



18.
Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar



19.
Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa



20.
Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa



21.
Melaksanakan tindak lanjut





LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DI KELAS
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester          : IV / 1
Hari, Tanggal              :
Fokus Observasi         : Pemanfaatan kamus untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada  mata  pelajaran Bahasa Indonesia tentang menemukan makna dan informasi yang tepat dalam bacaan.
No
Aspek yang diobservasi
Kemunculan
Komentar
Ya
Tidak
1.
Siswa menempati tempat duduknya masing-masing



2.
Kesiapan menerima pembelajaran



3.
Mampu menjelaskan kembali isi materi terdahulu



4.
Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran



5.
Aktif bertanya saat proses penjelasan materi



6.
Adanya interaksi positif diantara siswa



7.
Siswa memiliki pemahaman yang sama tetang materi pelajaran yang dijelaskan



8.
Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran



9.
Siswa memberikanpendapatnya ketika diberi kesempatan



10.
Aktif mencatat berbagai penjelasan yang diberikan



11.
Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran



12.
Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan santai dan tidak penuh tekanan



13.
Siswa merasa senang ketika berbagai strategi pembelajaran dilakukan dalam pembelajaran



14.
Adanya interaksi positif saat media pembelajaran disajikan



15.
Ketertarikan siswa terhadap materi yang disajikan meningkat saat media pembelajaran disajikan



16.
Siswa semakin jelas dan konkrit saat penjelasan materi yang disajikan dengan media pembelajaran



17.
Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan guru denagn benar



18.
Penjelasan dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa



19.
Siswa tidak menemui kesulitan dalam pemahaman ketika dijelaskan materi pelajaran



20.
Siswa secara aktif memberi rangkuman







   B.     Sampling
1.       Pengertian
a.       Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel ( Sugiyono 2014:217).
b.      Prof. Sutrisno Hadi,MA, (Clolid Narbuko&Abu Achmadi, 2005:107) menjelaskan bahwa sampel atau contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian. Supaya lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti istilah subyek dan atau obyek. Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau representative artinya menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populsi secara maksimal tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikasi dari populasi.
c.       Sampel sering disebut juga “contoh” yaitu himpunan bagian (subset) dari suatu populasi. Sebagai bagian dari populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi. Pengambilan sampel dari suatu  populasi disebut penarikan sampel atau sampling. Populasi yang ditarik sampelnya pada waktu merencanakan suatu penelitian disebut target population, sedangkan populasi yang diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut sampling population. Daftar nama satuan analisis pada sampling population ini disebut  dengan sample frame. Target population dan sampling populatin  dapat berbeda sebagai konsekuensi dari perbedaan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam jarak waktu tersebut populasinya bisa berubah, bertambah atau berkurang karena berbagai sebab. Oleh karena itu jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan jangan terlalu lama. Masalah dihadapi dalam  penarikan sampel adalah cara penarikan sampel atau ukuran besar sampel. Hal ini sangat tergantung pada sifat populasi, terutama pada ketersebaran anggota dalam wilayah penelitian atau dalam kategori-kategori tertentu. Atau dengan kata lain tergantung pada variasi populasi. Oleh karena itu, sebelum sampel ditentukan, perlu digambarkan terlebih dahulu karakteristik populasi yang ditelirti, terutama untuk mengetahui sejauhmana keragaman atau variasi diantara satuan-satuan analisis dalam populasi yang bersangkutan. ( W. GULO,2003:78-79)
d.      Keunikan sampel yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif adalah sampel kecil, tidak representative, purposive (snowball), dan berkembang selama prosese penelitian. Selaras dengan hal tersebut Nasution (1992:11) mengungkapkan bahwa metode kualitatif tidak menggunakan random sampling atau acak dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampelnya biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian. Penelitian ini sering berupa studi kasus atau multi-kasus.
e.       Sampel merupakan  bagian dari populasi yang memiliki cirri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Atau sampel dapat didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehinggaa diharapkan dapat mewakili populasi. Dalam penelitian kuantitatif, sampel merupakan sebuah isu yang sangat krusial yang dapat menentukan keabsahan hasil penelitian. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu menggunakan sampel, diantaranya :
1.      Memudahkan peneliti untuk meneliti jumlah sampel yang lebih sedikit  dibandingkan dengan menggunakan populasinya terlalu besar dikwatirkan akan terlewati;
2.      Penelitian dapat dilaksanakan lebih efisien ( dari segi waktu, biaya dan tenaga ).
 3.    Lebih teliti dan cermat dalam proses pengumpulan data;
 4.  Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif yang menggunakan spesemen akan hemat dan dapat dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta dapat digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak. ( Nanang Martono, 2012 : 74-75)

         Kemudian, kapan kita menggunakan sampel? Kita dapat menggunakan sampel manakala kita menemukan hal-hal atau kondisi sebagai berikut:
1.         Apabila kita tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi, mungkin disebabkan jumlah anggota populasi sangat banyak;
2.         Pengamatan terhadap seluruh anggota populasi dapat bersifat merusak;
3.         Menghemat waktu, biaya dan tenaga;
4.         Mampu memberikan informasi yang lebih menyeluruh dann mendalam (komprehensip) (sugiarto,2003).
         Ada dua jenis teknik penarikan sampel, yaitu Probability Sampling dan Nonprobalility Sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball samping.
1.   Probability Sampling
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random, sampling area ( cluster) sampling (sampling menurut daerah).
2.   Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
       Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti  telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi social yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awal jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang mengelinding, lama-lama menjadi besar.
       Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa “Natulalistik sampling is, then,very different from conventional sampling. It is based on informational, not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization.” Penemuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik ) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistic. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian naturalistic spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu 1) Emergent sampling design/sementara 2) Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snowball) 3) Continuous adjustment or `focusing`of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan 4) Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh ( Lincoln dan Guba, 1985 ).
        Jadi,  penetuan sampel  dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung ( emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memiliki orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkansampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai “serial selection of sample units” ( Lincoln dan Guba 1985), atau dalam kata-kata Bogdan dan Biklen (1982) dinamakan “snowball sampling technique.” Unit sampel yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya focus penelitiaan. Prosses ini dinamakan Bodan dan Biken (1982) sebagai “continuous adjustment of `focusing`of the sample.”
       Dalam proses penentuan sampel seperti dijelaskan diatas, berapa besar sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah dikutip di atas, dalam sampel purposive besar sampel ditentukan oleh pertimbangan imformasi. Seperti ditegaskan oleh Lincol dan Guba (1985) bahwa “If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth-coming from newly sampled units: this redundancy is the primary criterion.” Dalam hubungan ini S. Nasution (1988) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinyaa bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
       Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara. Namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai suber data. Misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang-orang yang dianggap paling tahu tentang gaya kemimpinan yang diteliti.
               Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat digambarkan seperti gambar berikut.










 Sanafiah faisal (1990) dengan mengutif pendapat spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi social yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya  dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut.
1.      Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2.      Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti
3.      Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi
4.      Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil”kemasannya” sendiri
5.      Mereka yang pada mulanya tergolong”cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
          Seperti telah dikemukakan bahwa, penambahan sampel itu dihentikan, manakala datanya sudah jenuh. Dari berbagai informan, baik  yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar jatuh pada subyek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (obyek), mana merupakan keuntungan bagi  peneliti, karena itu memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat sekali. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah” tuntasnya” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data. ( Sugiyono 2014:215-221) .
2. Karakteristik sampel yang baik
Ada beberapa criteria yang dapat diperhatikan untuk mengetahui bagaimana kualitas sampel yang digunakan dalam proses penelitian. Berikut ini adalah karakteristik utama dari sampel yang baik:
1.      Sebuah sampel yang baik adalah sampel mewakili populasi yang sesuai dengan sifat- sifatnya.
2.      Sampel yang baik adalah sampel bebas dari bias, sampel tidak memunculkan prasangka imajinasi dari peneliti untuk memengaruhi pilihan.
3.      Sampel yang baik adalah sampel yang objektif, hal ini meliputi objektifitas dalam memilih prosedur  atau tidak adanya unsur-unsur subjektif dari situasi.
4.      Sampel yang baik menjaga akurasi. Sampel sebaiknya menghasilkan perkiraan yang akurat secara statistik dan tidak menimbulkan kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
5.      Sampel yang bersifat komprehensip. Karakter ini berhubungan erat dengan keterwakilan yang benar. Kelengkapan merupakan kualitas sampel yang ditentukan oleh tujuan khusus penelitian. Suatu sampel dapat komprehensif dalam sifat, tetapi mungkin tidak mewakili populasi dengan baik.
6.      Sampel yang baik lebih ekonomis dari tenaga, waktu dan biaya.
7.      Subjek yang menjadi sampel yang baik mudah didekati, instrument penelitian dapat diberikan pada sampel sehingga data dapat dikumpulkan dengan mudah.
8.      Ukuran sampel yang baik adalah sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil yang akurat sehingga peluang terjadinya kesalahan dapat diperkirakan.
9.      Sampe yang baik membuat penelitian menjadi lebih layak.
10.  Sampel yang baik memikili kepraktisan untuk situasi penelitian.(Sing,2006). ( metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder nanang margono,2012:74-82, Jakarta PT.RajaGrafindo Persada

         Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sampel teoritis dan tidak representative.
Sedangkan pada pendekatan kuantitatif, jumlah sampel besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin besar sampel akan semakin mempresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sampel yang besar, maka stratifikasi sampel sangat diperlukan. Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sampel yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh , penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable variabel antara, dan variabel control. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolon terhadap variabel pengganggu. ( Jonathan Sarwono,2006:260 )

        Tenik sampling dalam penelitian kualitatif jelas berbeda dengan yang nonkualitatif. Pada penelitian nonkualitatif sampel itu dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri suatu populasi sehingga dapat digunakan untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili cirri-ciri suatu populasi. Pada paradigm alamiah, menurut Lincoln dan Guba ( 1985:200), penelitian mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri.
Selain itu, dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontektual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab iu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan(purposive sample).
Sampel bertujuan dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut:
1.      Rancangan sampel  yang muncul ; sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
2.      Pemilihan sampel secara berurutan: tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisa. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah dsiperoleh terlebih dahulu sehingga dapat di pertentangkan atau di isi adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dari mana atau dari siapa ia mulai tidak menjadi persoalan, tetapi bila hal itu sudah berjalan, maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Teknik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak.
3.      Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun, sesudahmakin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis kerja, akan ternya bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
4.      Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan; pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas informasi, dan jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Jadi kuncinya di sini ialah jika sudah mulai terjaadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel sudah harus dihent, (Lexy J.Moleong 2006:223-225).

   C.    Angket (Quesioner)
Kuesioner disebut pula sebagai angket atau self administrated questioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Sukandarrumidi, 2006:78). Lalu menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi pada bukunya yang berjudul “metodologi penelitian” menyatakan bahwa metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Adapun tujuan dari metode kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan untuk memperoleh informasi suatu masalah secera serentak.
Macam-macam angket/kuesioner, menurut prosedurnya: 1.) angket langsung yaitu angket yang dikirimkan kepada dan dijawab oleh responden. 2.) Angket tidak langsung yaitu angket yang dikirim kepada seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2013:77). Lalu menurut jenis penyusunan pertanyaannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
   1.      Pertanyaan terbuka
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihannya sehingga responden dapat mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan pandangan sepengetahuannya.
A.    Kelebihan pertanyaan terbuka:
·         Menyusun pertanyaan sangat mudah
·         Memberikan kebebasan kepada responden unutk menjawab dan mencurahkan isi hati dan pemikirannya.
B.     Kerugian pertanyaan terbuka:
·         Untuk meneliti sangat sulit mengolah dan mengelompokkan jawaban karena sangat bervariasinya jawaban yang diberikan oleh responden.
·         Pengolahan jawaban memakan waktu lama, satu dan lain hal peneliti harus membaca satu persatu.
·         Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden.
·         Rasa malas akan timbul pada responden yang tidak mempunyai banyak waktu luang untuk menjawab ((Sukandarrumidi, 2006:79).
    2.      Pertanyaan tertutup
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan sudah disediakan beberapa opsi jawaban, sehingga responden tinggal memilih dari beberapa opsi jawaban yang sudah disediakan.
A.    Kelebihan petanyaan tertutup:
·         Unutk peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk
·         Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban menjadi singkat karena dapat memanfaatkan bantuan enumerator
·         Untuk responden, mudah memilih jawaban
·         Untuk responden, dalam mengisi jawaban memerlukan waktu singkat.

B.     Kekurangan pertanyaan tertutup:
·         Untuk peneliti, dalam menyusunpertanyaan perlu hati-hati agar tidak ditafsirkan lain (berarti ganda)
·         Untuk responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi (Sukandarrumidi, 2006:80).
Dalam penyusunan kuesioner atau angket perlu memeperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah:
1.      Persiapan
Sebelum materi yang berupa pertanyaan-pertanyaan disusun, terlebih dahulu harus disusun kerangka materiyang berisi tentang aspek-aspek apa saja yang akan diteliti.
2.      Penyusunan materi
Materi angket yang berupa item-item pernyataan harus dirumuskan dengan memperhatikan isi pertanyaan yang termuat dalam petunjuk angket, perumusan pertanyaan, susunan pertanyaan, bentuk pertanyaan, dan penyebaran angket atau kuesioner.
Dalam penyusunan kuesioner atau angket  tidak boleh terlalu panjang karena dikhawatirkan dapat membuat bosan responden. Namun secermat dan seteliti apapun peneliti untuk dapat mengungkap jawaban yang sebenarnya pada responden, senantiasa terdapat risiko bahwa kuesioner itu mengandung kelemahan yang kemudian akan mengurangi nilai ilmiah dari seluruh proyek penelitian.maka dari itusuatu kuesioner agar dapat benar-benar digunakan pada penelitian maka ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan, yaitu dengan mengadakan suatu diskusi dengan sarjana lain atau pejabat yang kompeten dan juga perlu mengadakan percobaan (Try Out) dengan menggunakan kuesioner tadi, sehingga mengetahui sebaran data nya normal atau tidak. 
   D.    Wawancara
1.      Pengertian Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengaetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan dan keyakinan pribadi (sugiyono 2011 : 316)
Selain itu menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2013 : 82), wanwacara merupakan  peoses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsungsecra lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secra lansung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Wawancara menurut sukandarrumidi (2006 : 78) wawancara disebut pula sebagai angket atau self administrated questioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara  mengirimkan  suatu daftar pertanyaan kepada reponden untuk diisi. Di dalam teknik pengumpulan data ini terdapat asumsi sebagai berikut :
a.       Subjek dalam hal ini responden (orang yang menerima daftar pertanyaan untuk diisi) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
b.      Apa yang dinyatakan oleh subjek adalah benar dan dapay dipercaya
c.       Interpretasi subjek tentang pertayaan yang diajukan sama dengan yang dimaksudkan oleh penyelidik
d.      Subjek menguasai dan mampu menjawab sendiri masalah yang ditanyakan.
2.      Macam-macam wawancara
Dalam bukunya yang berjudul metode penelitian kombinasi, Sugiono (2011 : 318) membagai wawancara dalam beberapa kategori, berikut beberapa kategori wawancara yang dapat digunakan dalam teknik pengiumpulan data :
a.       Wawancara terstruktur (structured Interview)
Wawancara terstruktur memeliki pertanyaan yang sama, dengan arti semua responden menerima pertanyaan yang sama persis dari pihak peneliti. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewancara sebagai pengumpul data. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancer.
b.      Wawancara semi terstruktur (semistructured interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksaannya lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara leih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
c.        Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara namun, menggunakan pedoman berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak tersturtur atau terbuka, sering digunkan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang akan diteliti. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variable apap yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tidakan yang ada dalam objek.
3.      Langkah-langkah wawancara
Sugiyono (2013 : 320) menjelaskan ada beberpa langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian
a.       Menetapkan kepada siapa wawancara tersebut berlaku
b.      Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c.       Mengawali atau membuka alur wawancara
d.      Melangsungkan alur wawancara
e.       Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f.       Menulis hasil wawancra kedalam catatan lapangan
g.      Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara ynag telah diperoleh.
4.      Jenis-jenis Pertanyaan dalam wawancara
Ada beberpa jenis pertanyaan dalam wawancara berikut jenisnya :
a.       Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b.      Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c.       Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d.      Pertanyaan tentang pengetahuan

   E.     Dokumentasi 
Metode Dokumentasi ini dipergunakan untuk mengumpulkan data-data catatan-catatan tertulis atau dokumentasi lembaga yang ada, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh:
·         Dokumentasi berasal dari kata “Dokumen” yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis buku notulen,cacatan harian, arsip dan sebagainya. (Arikunto, 2006:231).
·         Dalam buku metode penelitian  dijelaskan bahwa “Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen serta mengadakan pencacatan yang sitematis” (Sugiyono, 2002:77).
·         dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data atau hal-hal yang berupa cacatan transkrip. (Arikunto, 2006:197).
·         Menurut irawan (2000: 70) dalam Sukandarrumidi, studi dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian.

Dokumen yang diketik dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi. Dokumen dibedakan menjadi:
·         Dokumentasi primer: Bila dokumen itu ditulis oleh pelakunya sendiri.
Contoh: Otibiolografi
·         Dokumen sekunder: seseorang bila peristiwa yang dialami disampaikan pada orang lain dan orang ini yang kemudian menuliskannya.
Contoh: Biografi
Dokumentasi dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya.perlu dicatat bahwa dokumen tertulis tidak untuk tujuan penelitian, oleh sebab itu penggunaannya sangat selektif.
Kelemahan dan kelebihan dokumentasi sebagai sumber data.
·         Kelemahan
1.      format tidak baku, sesuai dengan keinginan penulis sehingga dapat mempersulit pengumpulan data, pengelompokan data.
2.      Tidak lengkap, pola dasar memang tidak untuk bahan penelitian sehingga apa yang ditulis mungkin tidak lengkap
3.      Tersedia secara selektif, dokumen orang penting mungkin dapat diperoleh dan dapat dibaca, untuk orang biasa dapat tidak ada dokumen sama sekali.
4.      Bias, dokumen dapat ditulis secara berlebihan kadang-kadang tanpa fakta sehingga apabila dipakai sebagai acuan utama kurang mengena.
·         Kelebihan
1.      Untuk subyek manusia yang sulit dihubungi, dokumen yang ada akan mempermudah, lebih-lebih apabila yang bersangkutan telah meninggal.
2.      Statis, tidak akan terpengeruh faktor luar
3.      Dalam hal peristiwa telah terjadi pada masa lalu maka studi dokumentasi akan sangat membantu dalam pengumpulan data.
4.      Dokumen peristiwa penting akan tresimpan disatu tempat sehingga sebagai bahan penelitian akan dapat menekan biaya.
Teknik pengumpulan data yang terpilih sangat ditentukan oleh masalah, waktu tenaga dan biaya yang tersedia. Dalam memilih teknik pengumpulan data seyogyanya berpegangan pada efisisensi optimalisasi.
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa metode dokumentasi ialah metode yang mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mentransfer data yang tersedia dalam dokumen ke dalam daftar isian yang telah disediakan. Dengan demikian dalam penelitian ini metode dokumentasi dipergunakan untuk mendapatkan data, serta mengumpulkan data-data tertulis.

BAB III
KESIMPULAN
  A.    Kesimpulan
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan, observasi, kuesioner (angket), samplinh, wawancara (interview) dan Dokumentasi.
   B.     Saran
Hendaknya para peneliti memperhatikan cara-cara mereka dalam mengambil metode yang akan digunakan dalam penelitian mereka karena pemilihan metode yang tepat dalam penelitian akan menentukan hasil dari penelitian tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Cholid Narbuko & Abu Achmadi. 2013. Metodologi Penelitian. PT bumi Aksara: Jakarta Gulo, W, 2003.  Metodologi Penelitian.  Jakarta  :  PT Gramedia Widiasarana   Indonesia.
Hadari, Nawawi. 2002. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Lexy. J, Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja RosdaKarya
Moleong, Lexy J. 2006. metodologi penelitian kualitatif. Bandung PT Remaja RosdakaryaNarbuko Cholid & Achmadi H. Abu 2005. metodologi penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara 
Prastowo  Andi,  2012. Metode  Penelitian  Kualitatif  Dalam  Perspektif    Rancangan Penelitian  Penelitian Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Sugiyono  2012. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D Bandung: Alfabeta.
…………,, 2014,  metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D.  Bandung   Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sukandarrumidi (2002:100-101).  Metodelogi Penelitian, Yogyakarta: Gajah Mada University Pres
 ……………….. 2006. Metodologi Penelitian. Gadjah Mada University: Yogyakarta.

Sarwono, jonathan, 2006. Metode penelitian kuantitati f& kualitatif,  Yogyakarta :  Graha 
               Ilmu.



Komentar

Postingan Populer